Pages

Monday, December 28, 2009

Orang Menyebalkan Di Bus

Menuju ke tempat kerja yang jauhnya lebih dari 50 km dari rumah, memang susah-susah gampang. Ada beberapa opsi untuk sampai ke kantor nggak lebih dari jam 8 pagi

  1. Naik motor. Jelas murah. Tapi ini nggak gampang karena medan yang dilalui sangat berat. Bis dan truk bisa sewaktu-waktu jadi pencabut nyawa. Jadi okelah opsi ini dicoret
  2. Naik antar jemput. Nyaman, jelas. Nggak ribet, jelas. Tapi kenyamanan dan kenggakribetan itu harus dibayar mahal. Sebagai karyawan baru yang gajinya masih standar dan pengen cepet kaya, maka akhirnya opsi ini ditolak demi menambah tabungan hehehe...
  3. Naik bisa antar kota. Ini adalah opsi terbaik di antara 2 sebelumnya. Soal nyaman itu nomer sekian, yang penting murah dulu. Jadi kupilih opsi ketiga ini.

Satu bulan lebih naik bis, rasanya makin menyenangkan. Banyak cerita didalamnya. Mulai dari suami istri yang bertengkar di bis, orang kecopetan, ketiduran di bis, sampai bertemu orang-orang yang menyebalkan.

Cerita soal orang menyebalkan, ada satu yang bikin aku bete kalo satu bis sama dia. Pengalaman pertama ketemu bapak-bapak ini udah sangat menjengkelkan. Waktu itu naik bis yang udah agak penuh. Jadi berdirilah kita. Karena naik paling belakangan, aku akhirnya berdiri di dekat pintu, dan bapak-bapak menyebalkan ini persis di depanku tapi nggak mau maju lagi. Padahal bagian tengah bis masih kosong. Grrrr... mangkel aku. Gara-gara dia aku berdiri di pintu sampai bypass Krian.

Pengalaman kedua...
Lagi-lagi bis penuh. Tapi aku lebih beruntung bisa dapat tempat duduk. Karena aku duduk di kursi yang buat 3 orang. Karena dia datang telat, maka orang itu ikut ndusel duduk di tengah. Bukannya apa, eh, malah aku yang duduk di paling pinggir jadi tersingkir. Duduknya cuman sebelah bokong ajah. Heuuuhh..

Pengalaman ketiga...
Persis seperti yang kedua, tapi kali ini aku milih yang ditengah. Pikirku dia bakal yang ngalamin kayak aku. Tapi salah sangka sodara-sodara... aku malah kecepit duduk di tengah. Alhasil sakit semua nih badan. Heeuuhhh...

Jadi sekarang kalau mau naik bis dan ada orang itu aku mendingan naik bis yang lewat belakangan aja. Menyebalkan....

Sunday, December 27, 2009

Stuck In The Moment

Hati ini nggak bisa bergerak dari sini
Hati ini nggak bisa melupakan rasa bersalah
Hati ini nggak bisa melupakannya
Entah sampai kapan aku akan membuang waktuku hanya untuk yang satu ini

Kali ini aku sangat sendiri
Kali ini semua termasuk diriku sendiri menyalahkan aku
Aku sudah menjadikan aku orang terjahat
Menjatuhkan aku ke titik dimana entah kapan bisa keluar dari situ
Bahkan menyemangati diri sendiri saja aku tak sanggup

"And if the night runs over
And if the day won't last
And if your way should falter
Along the stony pass
It's just a moment
This time will pass"

Wednesday, December 16, 2009

Sebulan Baru

Sebulan sudah aku bekerja di salah satu produsen kertas terbesar di Indonesia dengan job desc impian juga. Kalau mau dibandingkan dengan kantorku sebelumnya, pastilah nggak ada bandingannya. Dari segi ukuran saja sudah kalah jauh. Gaji, alhamdulilah lumayan juga. Dan juga fasilitas yang diberikan padaku.

Sutralah, aku bersyukur bisa di sini. Walaupun jarak tempuh ke kantor kurang lebih sampai 50 km, setidaknya hidupku teratur. Karena di sini semuanya serba diatur. Kapan makan, menyeberang jalan, membuang sampah, naruh pensil, naruh pulpen, menata meja.. semuanya sudah ada prosedurnya. Memang awalnya aneh. Tapi manfaatnya banyak kok. Aku jadi lebih rapi.

Bayang-bayang ketakutanku waktu mau masuk dulu sekarang sudah hilang. Posisiku di creative & branding sangat membebaskan aku untuk tetap menyalurkan ide-ide liarku, tapi kali ini lewat gambar. Teman-teman baru juga sangat support ngasi banyak gambaran tentang lingkungan dan sebagainya. Aku ngerasa beruntung sekali berpindah ke sini. Tempat yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk lempar jangkar dan berlabuh.

Friday, November 13, 2009

Last Day

Besok (Jumat 12/11) adalah hari terakhirku bekerja di sebuah tempat yang nggak akan mungkin kulupakan. Siap nggak siap, sekarang semuanya sudah di depan mata. Setiap perubahan ada konsekuensinya, setiap perubahan memaksa untuk kita untuk mengikutinya, dan perubahan pasti terjadi. Semua pasti berubah. Nggak ada yang statis di dunia ini, yang nggak berubah hanyalah perubahan itu sendiri.

Kemarin di bus dalam perjalanan ke Surabaya, pas buka dompet tiba-tiba sebuah kartu nama terjatuh. Sebuah kartu nama bertuliskan "Ditty Wirasta - Creative Assistant", kartu nama yang umurnya hanya sampai saat matahari terbenam Jumat esok. Butuh banyak pengorbanan untuk menjadi seperti ini. Memang belum apa-apa sih, tapi buatku ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Bekerja di perusahaan impian, job desc impian, walaupun gaji standar juga sih hehehe... Disini bisa belajar bahwa ada kalanya kepuasan batin akan sebuah pekerjaan bisa mengalahkan besarnya gaji. Walaupun pada akhirnya urusan perut dan keinginan akan masa depan yang lebih cerah lagi-lagi menang hihihihi...

Banyak yang harus ditinggalkan sodara-sodara. Bakal kangen akan banyak hal, dan mulai sedikit takut menghadapi hal baru yang sama sekali gelap buatku. Berdoa saja, semoga dunia baru nanti bersahabat dan bikin betah.

Last but not least...
Terimakasih buat teman-teman se-Hardrock FM yang selama ini sudah menerima saya baik dan buruk, Terimakasih buat Pak Dito yang sudah memberi kesempatan saya berkiprah di 89.7, Trus mas Mirza juga, makasih udah dipercaya jadi Creative Assistant. Apalagi udah dipercaya pegang GMHR sama Soundtraxx. Maaf kalau selama ini pekerjaan kadang masih missed dan nggak tepat deadline. Mbak Gadis juga, makasih banyak buat semuanya. Dego, Bakal kehilangan teman sharing ide gila nih. Kalau aku nemu obrolan gila kuYM yak xixixixi... Makasih juga buat Produser yang lain, Fitri & Vicky selamat berkolaborasi. Bikin GMHR lebih hidup ya teman. Mbak Rosna.. makasih buat futu-futunya, pasang lagu yang ok-ok di playlist yak, kudengerin terus kok. Kak Ipan & Kak Meity, makasih ya udah menghibur, memarahi, ngajari, dan bahkan menjodohkan aku. Makasih ya Kaaakkk...

The Operators, Mas Ferry, makasih ya mas udah jadi tutor waktu aku masih jadi operator, maap kalau bayar pulsanya sering telat hehehe... Bunda, makasih banyak ya Bund, kalo ada perlu tetep bisa kabari aku :p Sinyo & Mas Endro, makasih banyak. Stefanus juga, makasih ya udah dibikinin spot-spot yang keren.

The Officer, Mas Yudha, Mas Ti'em, Kak Sur, Mbak Lina, Dulur David, Mas Esa, Mas Hendra, Dindin, Alfa, Mas Sulis, Mbak Yuli, Wulan, Pak Abu & Pak Robert... makasih semua kerjasamanya selama ini. Juga teman-teman penyiar, Mbak Micha, Linda, Angga, Jova, Mbak Lucky, Mika dan masih banyak lagi yang nggak bisa disebut satu-satu, makasih ya temans atas kerjasamanya yang yahud hehehehe. Maaf juga kalau-kalau ada salah yang sengaja atau nggak sengaja kulakukan. Serius deh, nggak akan bisa ngelupain kantor ini. Doakan aku ya teman-teman...

Have a Hardrockin' life everybody!!!

Friday, October 16, 2009

Re: Sign

Kemarin aku resmi nyerahin surat pengunduran diri. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan yang kucintai. Yup, aku cinta pekerjaan ini karena inilah sebagian kecil dari mimpiku. Banyak orang yang bilang kerja di tempat ini begini begitu, tapi apapun kata orang, aku tetap cinta pekerjaan ini, kantor ini, dan mensyukuri bahwa aku telah menjadi bagiannya.

Menurutku, sudah cukup untuk menjalani mimpi-mimpiku. Aku sudah tuntas menjalani hampir semua impian masa kecil, sejak aku dari Warta Ubaya sampai Hardrock. Sekarang, waktunya melangkah untuk hidup di "dunia yang sebenarnya". Dan berharap akan menemukan impian baru di sana.

Jiah, akan merindukan banyak hal. Akan merindukan candaan tak penting waktu suntuk, akan merindukan berangkat sebelum matahari terbit, akan merindukan gojlokan Ivan-Meity, akan merindukan makan siang di Kafir, akan merindukan honor produksi, akan merindukan sharing ide liar sama Dego, akan merindukan titipan ceklog, akan merindukan kesempatan ngerjain teman, akan merindukan Soundtraxx, akan merindukan lagu-lagu ngehits, akan merindukan ke kantor dengan sneaker, kaos dan celana jeans, i'm gonna miss all those things...

Dan akhirnya aku harus mengambil satu langkah yang sangat berarti untuk kehidupan yang lebih baik....

Thursday, June 11, 2009

Hari Surprise Nasional

Eh, mbak Lucky muter lagunya Robin Thicke yang Sweetest Love. Lagu bersejarah hehehe... Kenapa bersejarah hayo? Soalnya waktu awal-awal setelah nyatain cinta dulu, besoknya dia nulis lagu nulis lirik lagu ini di status facebooknya. Hihihi.. anak muda banget deh :p

Ngomong-omong soal lagu ini, semalam waktu Soundtraxx, terdengarlah lagu ini mengalun merdu. Aku yang lagi menikmati lele dan sambel tiba-tiba terhenyak. Sendok yang sudah mau kumasukkan mulut, ditarik lagi.

"Perasaan lagu ini nggak ada di playlistku deh"

Langsung saja kudatangi Mas Mirza. Eh, katanya itu soundtracknya film apa gitu (lupa) Oh, yawsudlah. Sial.. bikin tambah kangen aja batinku. Eh, pas diakhir lagu tiba-tiba Mas Mirz bilang kalau lagu ini bersejarah buatku. Lho, tau dari mana dia? Trus dia macak menginterviewku. Tanya, kenapa sih kok lagu ini bersejarah banget? Hahaha... aku yo manut wae, pas lagi ngobrol gitu tiba-tiba dia bilang, "coba lihat belakang" Apa yang terjadi para pemirsa??? Ternyata iv-ku ada di belakangku!!!! Sambil bawa tart yang dihiasi lilin. Oh, damn... aku tertipu. Ditelikung. Padahal tadi sore waktu kutelepon dia masih ada di Malang. Damn damn... mukaku ini udah gak tau deh apa warnanya.

Malam ini dia sepertinya membuktikan kalau dia juga nggak mau kalah ngasih kejutan setelah apa yang kulakukan kemarin. Tapi kuakui kalah deh kejutanku. Dia bisa smooth banget... Anyway makasih ya sayang... Selamat ulang tahun untuk kita :)

Sunday, April 12, 2009

Dilema: Cinta, Pekerjaan, dan Impian

Kadang manusia memang harus berhenti pada sebuah persimpangan jalan yang membuatnya harus berpikir ribuan kali untuk memilih mana yang harus dilalui. Yeah, it happens to me sodara-sodara.

Enggak tahu kenapa tiba-tiba Tuhan menyodori jalan pilihan yang super sulit. OK begini ceritanya, impian terhebatku adalah bekerja memakai seragam hitam (ada yang tahu nih pasti), sempat hampir nyantol beberapa tahun lalu, walaupun harus gagal karena suatu yang bener-bener di luar dugaan. Sampai akhirnya aku mendapat pekerjaan di tempatku yang sekarang ini. Sebenarnya nggak jelek-jelek banget sih di pekerjaanku yang sekarang, bisa dibilang walaupun secara materi yah, masih belum bisa dijadikan pijakan, tapi disini aku bisa bisa mendapatkan hampir semua yang kuinginkan. Say it.. inilah impian terselubung yang secara nggak sengaja kugenggam begitu saja.

Di saat aku mulai nyaman dengan ini, mulai menemukan apa yang aku cari, tiba-tiba... jalan menuju impian kecilku itu datang lagi. Dan kali ini peluangnya sangat terbuka. Bingung, resah dan gelisah bagai semut merah. Karena tepat sehari sebelumnya, seseorang bilang, "aku takut kehilangan cinta ini saat pondasinya belum kuat" ... oohhh.. damn damn damn... Aku nggak mungkin juga kehilangan dia. Terlalu sempurna dan terlalu cinta untuk ditinggalkan. Satu lagi keluarga... berat untuk meninggalkan yang satu ini. Sangat berat walaupun sangat didukung.

Dan, kenyataan dari impian tersebut adalah.... tidak seindah yang dibayangkan. Aku harus memutuskan sampai pertengahan minggu depan. Take it or leave it...

Saturday, April 4, 2009

An Interview With The Man Who Can't Speak Bahasa

Weekend, biasanya kalau weekend gini ada 2 acara. Pertama, di rumah saja. Bersantai sambil surfing internet, download nambah koleksi film,dan sambil cemal-cemil sesuatu. Kedua, pergi ke kantor karena ada yang harus diselesaikan, atau pergi ke tempat keramaian karena harus live report.

Weekend ini aku kebagian live report di sebuah acara yang diselenggarakan di mall terbesar di Surabaya. Nama acaranya Wonderful Thailand. Seperti biasa langsung aja aku cari contact personnya, trus dia pun mencarikan siapa yang mau jadi narasumber. Nggak beberapa lama, datanglah contact personku itu tadi dengan seorang yang bertubuh tinggi besar dan berwajah oriental.

"Mas Dity, live reportnya sama Mr K ya, ini project managernya Wonderful Thailand dari Kedutaan Thailand" kata contact personku itu tadi
"OK bu..," jawabku
Lalu mendekatkan pria bertubuh besar itu, dan berkata, "sawadikrap..."
Dalam hati aku bilang, "mati aku"
Aku pun menjawab dengan senyuman apa yang dikatakan Mr. K itu. Sekilas aku melirik temanku yang jadi LO acara itu, dari kejauhan mulutnya memberi isyarat,

"gak iso bahasa Indonesia"
"Modar dah aku..." dalam hati

Lalu aku bilang ke Mr. K itu untuk menunggu 10 menit karena nunggu sambungan telepon dari studio. Di waktu nunggu itu otakku berpikir cepat, pertanyaan-pertanyaan yang biasanya ada di kepala itu langsung kutulis di kertas. Dengan bantuan Bobo, akhirnya tersusunlah pertanyaan seadanya yang penting bahasa Inggris.

Yang terjadi berikutnya, aku opening live report seperti biasa, dan mulailah sesi interview yang menegangkan ini.

"Sawadikrap Mr. K... "
"Sawadikrap"

Lalu berlangsunglah percakapan antara reporter dengan bahasa inggris yang plegak-pleguk dengan seorang Thailand yang cuma bisa bahasa inggris itu. Dan disinilah inti dari kekonyolan yang terjadi hari ini...

"Thank you Mr. K..."
"Terima kasih, oh, saya lupa, saya mengundang orang-orang Surabaya untuk datang ke Tunjungan Plasa 3 karena ada Wonderful Thailand. Terima kasih."

Dalam hatiku... "wuaseeemmm, kenapa gak dari tadi pake bahasa Indonesia... Kampreeett!" Malu ini muka, dari tadi sok-sok bahasa inggris, ternyata orangnya bisa bahasa Indonesia.

Wednesday, April 1, 2009

April Love Fools

April Fools atau yang biasa disebut April Mop, yang bisa dibilang sebagai hari ngerjain internasional sudah ada sejak 1487 di Spanyol. Kegiatan usil-mengusili itu akhirnya jadi sebuah perayaan mengusili internasional hingga kini. Ngobrolin soal 1 April, hari ini, ya hari ini, aku berhasil dibuat tak berdaya oleh ulah kedua penyiarku yang usil gila itu. Jadi ceritanya begini...

Mendekati akhir sesi topik aku ngerasa penelepon yang diangkat kurang begitu heboh, sampai akhirnya aku ingat apa yang kulakukan Sabtu kemarin. Lalu akupun menelepon korban kejutanku itu. Awalnya dia nggak mau, karena suasana disekitarnya lagi ramai banget. Tapi akhirnya dia mendapat tempat berlindung untuk bisa ngobrol onair dengan tenang. Maka berceritalah dia. Semuanya under control sampai aku melihat Bunda tersenyum-senyum penuh kelicikan. "Oh damn, pasti dia merencanakan sesuatu" Pikiran buruk itu sempat ada, tapi langsung kutepis "Oh iya, Bunda kan nggak punya nomor telepon dia". Tapi aku lupa, kan Mas Mirza punya nomernya.

Waktu masuk break lagu, seperti biasa aku tetap ada di studio sebentar untuk mulai mempersiapkan sesi berikutnya. Tak disangka tak diduga, sesi berikutnya itulah yang akhirnya jadi sesi pembantaian buatku hari ini. Mereka bertiga sudah merencanakan hal konyol. Meneleponnya dan mengonairkan sekaligus menyuruhku untuk menyatakan cinta secara langsung dan harus dijawab saat itu juga. Mulailah keringat dingin menetes... mulut kaku, lidah kelu, pokoknya badan ini nggak bisa diajak kompromi. Akhirnya terucap kata-kata itu...

"Bo, aku mencintaimu, maukah kamu jadi belahan jiwaku"

alaaaaaaaahhh... macam mana itu kata-kata, seperti sinetron-sinetron yang nggak pernah kutonton itu. Dan dia pun sempat terdiam lama sebelum akhirnya menjawab...

"iya"

Sebenarnya memang aku menanti jawaban itu, tapi bukan sekarang. Aku tahu bukan sekarang waktunya. Dia masih punya banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan daripada cinta-cintaan ini. Aku sayang dia, dan aku nggak tega membebaninya pikirannya dengan banyak hal. Jadi waktu dia menjawab itu, aku cuman berpikir, "ini cuma April Mop kan?"

Ah, bukannya GR... setidaknya dari hari Sabtu yang lalu aku sudah tahu itu jawabannya. Karena sejak itu kami saling tahu ada cinta di antara kami. Yah sejak obrolan sejam santai di food court Matos itu dengan segelas jelly orange juice itu.

Tuesday, March 31, 2009

Cinta vs Status Sosial

Seorang pria pernah bercerita padaku tentang kisah cintanya, status sosial, dan orang tua pacarnya. Dia ini trauma untuk berpacaran dengan wanita yang "status sosialnya" lebih tinggi. Padahal dia sendiri percaya kalau sebenarnya Tuhan itu menciptakan manusia tanpa yang namanya status sosial. Itu hanyalah klasifikasi yang dibuat sendiri oleh manusia. Dan itu juga yang akhirnya mengotak-kotakkan manusia dalam egonya sendiri.

Kembali ke cerita pria itu. Beberapa tahun yang lalu pria itu kemudian berpacaran dengan teman sekampusnya. Nggak ada yang memilihkan dari mana asal wanita itu, siapa orang tua wanita itu, apa jabatan orang tua wanita itu dan sekaya apa wanita itu. Semuanya datang satu paket dengan cinta yang dipilih pria itu. Ternyata perbedaan apa yang dinamakan status sosial itu begitu mengganjal di tengah hubungan percintaan itu. Si wanita yang terbiasa hidup nyaman, berangkat dan pulang naik mobil, mau nggak mau sekarang harus ngikuti gaya hidup pria itu. Ke kampus diantar naik motor Honda Supranya yang hitam itu, pulangnya juga gitu, jalan-jalan kemana-mana juga gitu. Awal-awal memang terasa nyaman sampai akhirnya entah kenapa, mungkin wanita itu jengah juga ya dengan kondisi itu. Wanita itu nyeletuk "kamu belajaro nyetir po'o, ntar kan kita bisa bawa mobil papa." Omongan itu tampaknya bikin miris pria itu. Sakit hati, merasa selama ini si wanita hanya karena terpaksa ikut dia kemana-mana naik motor. Apalagi selama beberapa bulan, orang tua sang wanita nggak pernah sedikitpun tersenyum pada pria ini. Lebih banyak memandang dengan curiga bahkan. Selidik punya selidik, ternyata orang tuanya yang berkedudukan sebagai dokter spesialis mata di sebuah rumah sakit ternama itu nggak begitu suka dengan pacar anaknya yang cuma mahasiswa biasa yang nggak pinter-pinter amat, bahkan kuliahnya pun sambil kerja untuk menghidupi gaya hidup sehari-harinya. Walhasil cinta itu pun akhirnya harus terpisah karena faktor kebiasaan. Yang satu biasa hidup mewah, yang satu biasa hidup penuh dengan perjuangan. Gak match...

Cinta kedua pria temanku itu lagi-lagi gagal karena status sosial. Walaupun agak konyol dan terasa feodal, ternyata status sosial dan golongan darah bisa membuyarkan cinta. Terakhir bertemu dengan pria ini, dia bercerita padaku lagi kalau sekarang dia sedang menjalin sebuah hubungan cinta dengan seseorang yang ada di seberang. Baru saja dijalani beberapa hari, mulailah muncul ketakutan-ketakutan seperti yang pernah dialaminya dulu. Aku jadi berpikir, apa sebenarnya arti cinta kalau begitu, bukankah cinta datang untuk menolak perbedaan?

Saturday, March 28, 2009

Tentang 3 kata

"aku sayang kamu"

Tiga kata diatas tampak seperti sangat sederhana. Tapi entah mengapa sangat sulit untuk diucapkan. Apa lagi kalau "kamu"-nya ada persis di hadapan kita. Kata-kata yang sudah disiapkan bisa tiba-tiba terkunci rapat dalam mulut dan nggak bisa terucapkan.

Yang pertama jelas bingung cari kata-kata yang tepat. Padahal yang ada juga cuman 3 kata itu tadi... "aku sayang kamu" bukannya "sayang aku kamu" atau "aku kamu sayang" atau mungkin "sayang kamu aku" .. ah ribet.

Selain itu momen adalah hal yang sangat penting. Kedua, Bingung memilih momen. Eh saat momennya pas tiba-tiba adaaaa aja yang ngeganggu. Aneh banget. Sampai akhirnya harus standby dari pagi untuk mencari momen yang pas dan memaksakan diri membuat momen sendiri yang bisa dibilang gila. Very very extraordinary...

Yang jelas, terlepas apapun kondisi yang terjadi setelah terucap, mengucapkan 3 kata itu bisa bikin legaaaaaa.... Setidaknya jadi tau apa yang dirasakan hati masing-masing. Dan nggak perlu lagi berhitung she loves me - she loves me not - she loves me - she loves me not - she loves me - she loves me not. Tugasnya sekarang adalah menjaga, biar rasa yang ada nggak lewat begitu saja.

Tuesday, March 24, 2009

Ayo Ke Kantor Kecamatan!

Kantor Kecamatan... tempat ngurus KTP ini selalu identik dengan orang-orang yang berbaju coklat, malas, ibu-ibu tua, atau mungkin juga bapak-bapak setengah tua yang rada rese'. Itulah yang bikin aku malas waktu mendapat mandat untuk berfoto dan bersidik jari di Kecamatan. Tapi apa boleh buat, kewajiban 5 tahunan ini harus dilaksanakan atau aku kehilangan beberapa hakku sebagai warga negara. Misalnya aja, hak untuk ikut pemilu (ikut juga gak penting-penting banget kok sebenarnya hehehe), atau hak untuk tidak membayar sesuatu (ya misalnya pas nggak bawa duit, kan KTP bisa dititipkan sementara waktu hihihi).

Karena mandat penting itulah akhirnya hari ini kusempatkan untuk ke kantor Kecamatan Rungkut hanya sekedar foto KTP dan sidik jari. Sampai di sana langsung saja aku cari-cari di mana tempat untuk foto KTP. Sepiiii banget karena waktu aku datang tadi masih jam istirahat. Celingak-celinguk di pintu bertuliskan "KTP" kok tutup ya pikirku. Sampai akhirnya terdengarlah suara yang ramah, lembut, dan terdengar cantik...

"Siang mas, mau foto KTP ya?"
Lalu aku pun menoleh... (terdengarlah sfx: cring.. cring.. cring.. lalu bunga-bunga berjatuhan dan gambarnya berubah jadi soft focus kayak di film-film)
"Iya mbak.." Jawabku..
"Mari lewat sini" Ujarnya sambil membukakan pintu.
Percaya atau enggak, mbaknya itu cuaaannnntttiiiikkkkk banget. Rambutnya panjang lurus sebahu, tingginya se telingaku gitu, dan pakai baju coklat khas pegawai negeri.

Akhirnya semua proses foto, sidik jari, dan beberapa obrolan administratif kulalui dengan mbak yang nggak sempat kutahu namanya itu karena terlalu terpana dengan wajah cantiknya dan suara lembutnya. Hihihihi... berarti, harus nunggu 5 tahun lagi ya buat ketemu mbak itu.

Sunday, March 22, 2009

Gundah Gundala Putra Petir

Jatuh cinta, putus cinta, nyambung cinta, atau apalah itu, urusannya memang repot. Banyak hal-hal kecil yang tiba-tiba bisa jadi sangat sensitif. Misalnya saja kenapa sih dia nggak nelpon, padahal kan biasanya jam segini nelpon. Kok dia nggak SMS sih? Padahal kan biasanya jam segini SMSan, atau mungkin kok SMSnya nadanya lain ya, nggak kayak biasanya. Itu semua wajar kalau hal-hal kecil jadi sangat sensitif.

Sialnya, hal-hal kecil itu menimpa padaku. Aku jadi sangat sensitif sama huruf-huruf yang ada di layar HP. Gaya penulisan SMS aja bisa jadi beban pikiran. Perubahan-perubahan itulah yang bikin hati jadi gundah gundala putra petir. Dan itu sangat menyiksa. Rasanya pengen bertanya apa aku yang ada di otaknya? She loves me, she loves me not, she loves me, she loves me not, she loves me, she loves me not, she loves me, she loves me not......

Masalahnya adalah, ini udah terlanjur terbang tinggi. Melintasi awan-awan dan bermanuver di antara bintang-bintang. Kalau saja tiba-tiba terjadi turbulensi akibat sensitivitas yang terlalu berlebihan tadi. Aku ngak tahu apa yang akan terjadi. Mungkin beberapa hari akan terlihat linglung atau malas makan, malas balas SMS, jadi suka marah-marah, atau mungkin jadi monyet. Entahlah apa yang terjadi padaku kalau itu benar-benar terjadi nanti. Yang jelas sekarang sudah mulai prepare the best for the worst

Kalaupun jatuh... ah, it's not big deal. Cuma masalah waktu.... Liat aja deh... hihihihihi...

Saturday, March 21, 2009

Bila Kau Sakiti, Aku Akan Pergi

Sekilas judul ini kayaknya romantis ya? Sebenarnya bukan itu maksudnya. Nggak ada romantis-romantisan di sini. Jalan bareng keluarga keduaku memang nggak pernah romantis, karena kami lebih mementingkan obrolan tak mutu daripada suasana romantis hihihihi...

Pertemuan keluarga kali ini memang konsepnya jauh dari nuansa mewah, maklum yang biasanya tampil mewah lagi nggak di Surabaya. Tadi malam, no car, no Mall... not at all. Semalam seperti mengenang masa lalu, naik motor rame-rame trus makan di emperan pinggir jalan.

Yang namanya makan ngemper pastilah banyak gangguannya. Nggak kayak makan di Sushi Tei atau ngupi-ngupi di Starbucks yang ada musik cozy-nya, pelayanan ramah, kursi empuk, dan makanan berkualitas. Salah satu yang paling ganggu semalam adalah kedatangan seorang penyanyi jalan suaranya OK banget. Sebelum kedatangannya kita sempat ngobrol-ngobrol serius, entahlah soal apa, aku lupa. Yang pasti kemudian orang itu datang dan mulai bernyanyi dengan suara yang lantang dan bermain di nada-nada tinggi. Entahlah lagu apa yang dinyanyikannya. Kami bertujuh benar-benar nggak ngerti lagu itu lagu apa. Yang jlas tiap kali obrolan kami makin serius sampai di satu titik... tiba tiba, dengan nada tinggi penyanyi itu menyanyikan bait yang berbunyi

"....Bila Kau Sakiti, Aku Akan Pergi..."

Walhasil kita sampai budeg gak kedengaran suara yang cerita... berhenti dulu ceritanya. Begitu tone suaranya penyanyi itu turun, kita nerusin ngobrol lagi... eh, pas lagi sampai di obrolan yang tadi, tone suara si penyanyi naik lagi

"....Bila Kau Sakiti, Aku Akan Pergi..."

Hyyyaaaahhhh..... Berhenti lagi ngobrolnya... huhu... sempat kepikir, jangan-jangan kalau kita ngobrol lagi dia bakal nyanyi lagi. Dan benar sodara-sodara... begitu kita ngobrol lagi...

"....Bila Kau Sakiti, Aku Akan Pergi..."

Haduuuuu.... emang mas, ini kuping kita sakit kalo situ nyanyi lagi itu terus... duh!!!

DT dan HK

Namanya pekerjaan sebagai reporter memang harus bisa wawancara dengan siapa saja, bukan? Nah, kisah nyata kali ini tentang aku dan tugasku yang harus mewawancarai seorang yang sangat terkenal dan berpengaruh... Dialah HK... bukan Hermawan Klampis, Hermawan Keputih atau Hermawan Kebraon. Tapi yang ini Hermawan Kartajaya. Seorang Marketing Guru asal Surabaya yang namanya sudah diakui dunia.

Jam setengah 6 sore pas lagi nongkrong di lantai 2 sama sahabatku tercinta yang sedang gundah gulana, tiba-tiba orang Markplus meneleponku, katanya live reportnya sekarang saja. Langsung aja ngebut ke Shangrilla. Di jalan udah ditelepon-telepon aja. Makin deg-degan aja aku apa lagi tahu kalau yang nanti bakal aku wawancarai adalah HK. Sampai di parkiran langsung lari ke ballroom. Ternyata eh ternyata HK-nya belum muncul. Walhasil menunggulah aku dan beberapa wartawan TV lokal di VIP room. Setelah mati gaya beberapa manit, akhirnya kita disuruh ke ballroom. Aku dapat giliran pertama ngobrol dengan HK.

Dari menit pertama duduk disebelahnya udah deg-degan, telepon kantor kok ya ndilalah lama banget ngangkatnya... (buat orang-orang kantor, you knowlah siapa operatornya kalau telepon lama nggak diangkat gini) begitu telepon diangkat langsung aja minta live report secepatnya.

Opening.. lancar...
Pertanyaan pertama... lancar...
Buat yang belum pernah ngobrol dengan HK, orang ini tipe orang yang kalau dikasih satu pertanyaan jawabannya bisa sampai bermenit-menit. Bahkan sampai menjawab calon pertanyaan yang belum sempat kita tanyakan. Huehuehueue.. Disinilah masalah muncul... tiba-tiba aku ndredeg, tanganku yang pegang HP bisa bergetar. Yah.. yah... kombinasi antara deg-degan, excited, capek karena HK ngobrolnya gak berhenti-berhenti. Makin lama getaran tangan ini makin hebat saja. Apalagi dengan cueknya HK mengambil sebuah garpu dan memakan brokoli yang ada di depannya. Jadi dia ngobrol sambil kremus-kremus gitu... dan parahnya sodara-sodara... (maap lho pak HK) itu.. terjadi hujan lokal di daerah tangan kananku. Huaaaaaa... Kelihatan di tangan ada bintik-bintik "air hujan" krik krik krik...

Kelar interview...
Haduuuuuuhhh... menyeka keringat, padahal ruangan itu ACnya dingin banget. Dan satu lagi menyeka tangan yang sedikit basah karena hujan lokal tadi.

Kapan-kapan mungkin aku harus siap-siap pakai sarung tangan kali ya...

Friday, March 6, 2009

Sepasang Sahabat Yang Bergaya Jadi Bos

Suatu malam duduklah aku dan sahabatku di sebuah restoran Jepang. Sambil masing-masing menikmati semangkok besar mie ramen, dan di kanan kiri penuh dengan orang yang saling terdiam dengan tangan sibuk ber-Blackberry. Trus tercetuslah sebuah percakapan yang kira-kira gayak gini...

"nggak nyangka ya perjalanan karir kita kayak gini. Kamu jadi produser acara nomer 1 di Surabaya. Aku jadi pemred buklet tabloid nasional"

"iya, kita jadi bisa agak nyombong"

"Sok Gaya walaupun sebenarnya keadaan bukan seperti itu ya"

"Ho-oh"

Trus biasalah, mereka berhahahihi sendiri menertawakan kekonyolan nasib mereka

Hari ini, aku menerima kabar kalo salah satu rekan kerjaku bakal cabut dari kantor. Lalu kukabarkan berita itu lewat message FB ke sahabatku. Mau tahu apa jawabannya? Nih...

"hahaha.nikmatin aja. Inget SOK GAYA kita kemarin di restoran Jepang itu. Kuat2in. Aku juga mau nguat2in setahun (kl bisa), abis itu cabs ke kota lain. yuk, SEMANGAT!!!"

Yeah... 6 bulan lagi...

Tuesday, February 17, 2009

Bermobil Tak Beruang

Mungkin inilah salah satu alasan kenapa aku lebih suka naik motor ke kantor daripada naik mobil.Jadi ceritanya kemarin aku datang ke kantor pake mobil. Bukannya gaya-gayaan juga, soalnya abis dari kantor kan rencanannya ke kawinan teman lama. Singkat cerita aku batal ke kawinan teman karena yang diajakin bareng pada gak jadi dateng. Jadi langsung aja dari kantor terus pulang. Kulihat bensin sudah di garis penghabisan. Wah, belum ambil ATM nih. Karena udah mefet akhirnya kuputuskan beli di deket Terminal Joyoboyo. Pikiranku dari situ aku bisa langsung masuk tol Gunung Sari lanjut sampai turun di Porong.

Pas beli bensin kubukalah dompetku.. jreeenggg.. ternyata tinggal 1 lembar 50 ribuan. Oh No.. mana aku udah terlanjur bilang beli 50 ribu pula. Akhirnya urelakan itu duit selembar melayang ke tangan tukang isi bensin. Dari SPBU langsung saja aku menuju pintu tol Gunung Sari. Pas sudah belok masuk aku baru inget. "Damp*t.. duit apa buat bayar???" Rogoh-rogoh saku celana eh dapat 2000. Pas buat masuk. Sampai di deket masjid Agung situ aku baru ingat kalau nerus ke Porong harus nambah 3000 lagi. Damn.. damn... segera mobil kupelankan, ambil jalur kiri sambil rogoh-rogoh tas, saku dan laci-laci dashboard mobil. Hasilnya nihil, cuma ada sekeping 500an. Walhasil sambil misuh-misuh aku keluar Waru dan langsung saja disambut kemacetan luar biasa ke arah Sidoarjo huhuhuhuhu...

Pelajaran kemarin, bawa mobil bawa uang...

Wednesday, February 11, 2009

Namaku Ambigu

Erditya Indra Wirasta...

Nama ini cukup keren bukan? (yang jawab bukan pasti Mbak Gadis.. liat aja deh..). Dulu pas SD dipanggil Ditya, di rumah juga dipanggil gitu. Trus waktu aku pindah sekolah ke Surabaya aku dipanggil Indra, nggak jarang diplesetin jadi Mandra. Secara waktu itu Si Doel Anak Sekolahan ngehits banget gitu. SMP mulailah aku dipanggil dengan nama kerenku sekarang, Dity.

Hayo sekarang, kalau dengar nama Dity, yang ada di bayangan itu cewek ato cowok? Entah kenapa, nama Dity itu kok identik dengan nama cewek. Sudah 3x selama aku kerja di kantorku yang sekarang aku selalu dikira cewek. Pertama, waktu aku datang ke kantor temanku beberapa bulan yang lalu. Trus kenalanlah aku sama temennya temenku dan temen-temennya yang lain (hihihihihi) trus temenku itu memperkenalkan aku sebagai salah satu pengasuh (cih pengasuh, bayi be'e) acara pagi di kantorku. Langsung saja tanggapan pertama yang muncul adalah gini... "ooo dity itu tak pikir cewek"

Damput...

Kedua, waktu itu aku ngirim sebuah email soal script talkshow ke klien. Di signaturenya udah jelas "Dity Wirasta". Dan di email balasannya sang klien menulis, "dear mbak Dity..."

Kampret...

Ketiga, kejadiannya persis seperti yang kedua. Tapi kali ini pakai bahasa Inggris "Ms Dity..."

Asyu asyu...

Mmm.. harus gimana ya biar di email gitu keliatan cowok gitu? Ganti nama gimana menurut pendapatan kalian? Hehehehe...

Sunday, February 1, 2009

Eh, Ada Artis Facebook

Facebook...
Ya, situs pertemanan yang satu ini memang lagi hampening banget di seantero Surabaya. Eh, Surabaya aja kali ya kita ngomongnya, kalo aku nulis seantero dunia takut salah. Secara Surabaya itu ketinggalannya nggak main banget dibandingin kota besar terdekat, Jakarta. Ok, balik ke soal FB tadi, di facebook ini semua orang yang ada di dalamnya bisa mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya. Ada yang narsis, ada yang suka pamer, ada yang minder, ada cuman bo'ong, dan masih banyak lagi. Karena yang namanya FB ini ada di dunia yang namanya internet, maka hampir semua kalangan bisa mengakses, mulai dari presiden, caleg, calon gubernur, calon walikota, artis, pegawai swasta, pegawai negeri, anak kuliah, anak sekolah, atau mungkin kalo anjal itu melek teknologi dia punya account di FB. Sudahlah, pokoknya sekarang itu FB adalah makhluk paling penting bagi sebagian orang.

Ngomongin soal orang nih, hehehe.. pada suatu pagi yang cerah ceria dengan semilir angin dingin, aku memulai hari dengan membuka mata, pipis, bikin teh panas, trus duduk di kamar, buka laptop, dan memulai kegiatan paling menyenangkan di minggu pagi... download film, sambil sesekali buka FB buat mengupdate status ato balesi message dari teman-teman lama. Nah, disini letak keterkejutanku pagi ini. Tiba-tiba, mataku tertuju pada sudut kanan monitorku. Ada wajah yang kukenal disitu. Tapi kan itu advertising page? Yang lebih lucu lagi ada page linknya "Fans of namanya orang itu" Hiyayayaya.. terakhir kali aku melihat page seperti itu adalah pagenya Jamie Culum.

Langsung saja kucari tahu gimana cara bikin page gitu. Ternyata eh ternyata, memang inilah dunia yang tanpa batas. Siapa saja bisa (merasa) menjadi public figure, ataupun (merasa) jadi selebritis. Bukannya sirik, bukannya iri, bukannya dengki, tapi kalo menurutku dengan pandangan orang biasa, yang tahu kehidupan sehari-hari "orang itu", agak lebay ya menahbiskan dirinya sendiri jadi selebritis. Hihihi... inilah akibat perkembangan teknologi, ketidakkuatan mental, dan sanjungan yang berlebihan.

Friday, January 30, 2009

Kisah Lift dan Perut

Kisah ini dimulai saat siang tadi aku keluar kantor untuk laporan sama Yang Di Atas di masjid sebelah gedung biru. Seperti biasa, untuk menuju masjid itu diperlukan perjuangan yang luar biasa. Terutama kesabaran saat menunggu alat transportasi yang bernama lift. Maklum, semua laki-laki turun bersaman di jam-jam itu.

10 menit menunggu akhirnya aku dapet lift juga. Begitu pintu lift terbuka, dan terlihatlah separo ruangan lift itu terisi orang. Maka, masuklah aku. Karena banyaknya penumpang, makanya lift berhenti di tiap lantai. Singkat cerita, sampailah lift di lantai 7. Masuklah seorang bapak dengan perut yang tambun dan nggak begitu tinggi. Begitu masuk dia langsung mengambil posisi persis di depan pintu. Seperti orang kebanyakan, dia pun memencet tombol untuk menutup pintu. Hening sejenak... Pintu nggak tertutup... Pencet lagi... Hening lagi... Pintu masih juga nggak tertutup... Lalu ada seorang bapak lainnya berkata, "pak agak mundur..itu.. perutnya nutupin sensornya".

Dalam hati aku ketawaaa ngakak.. tapi gak berani ketawa, takut bapaknya marah. Eh pas keluar, di sebelahku bisik-bisik.. "eh eh.. bapak itu perutnya mancung banget ya? hihihihi.."

Friday, January 23, 2009

Cinta Tanpa Bicara

Aku sedang jauh cinta. Sudah lama aku nggak ngerasa kayak gini. Rasanya seneng banget. Sebanyak apapun kerjaan, rasanya jadi ringan waktu terdengar bunyi "tuk tuk" di HPku dan nama yang terdiri dari 2 huruf itu ada di kolom pengirimnya. Walaupun cuma bilang "how's today" atau.. "sumangaaaaaat" itu aja udah bikin seneng bukan kepalang.

Tapi siapalah yang tahu kalau cinta ini mungkin tak terbalaskan. Cinta ini terpisah jarak seratusan kilometer. Terpisahkan hujan. Terpisahkan angin, dan terpisahkan petir yang selalu memicunya untuk mengirimkan sebuah pesan pendek berbunyi, "ada gluduk.." That's it. Sebuah cinta searah yang aneh dan nggak masuk akal.

Sampai sekarang aku belum tau jodoh atau enggak. Ya karena jodoh itu sama seperti tukang becak yang mau belok. Hanya Tuhan yang tahu.