Pages

Thursday, December 15, 2011

Trip To India #4 : Pulang


Hari ini akhirnya tiba juga. Saatnya pulang. Udah kangen banget sama kekasih di ujung dunia sebelah sana *lebay*. Karena pulang naik flight malam, pagi sampai sore di sempatin jalan-jalan. Err.. dan meeting sama customer juga. Killing time dengan cara jalan-jalan naik taksi di India memang cara yang ampuh. Kemacetan dan kesemrawutan luar biasa bikin waktu berjalan cepat. Pengemudi kendaraan di India, khususnya New Delhi memang nggak bisa sabar. Pencet klakson sana-sini. Potong jalan sana-sini. Mmm.. Pasti sudah paham sama tipikal pengemudi motor di Surabaya atau Jakarta kan? Nah Sama dengan New Delhi. Bedanya, mereka nggak naik motor, tapi mobil. Ya, seperti itulah karakteristik mengemudi mereka. Akhirnya aku jadi tahu kenapa sopir taksi di Dubai ngebut dan ugal-ugalan. Karena para sopir taksi itu adalah orang-orang India. Hohohohoho...

Sepulang meeting aku dan teman-teman jalan ke India gate. India Gate itu kalau di Paris semacam Champ D'Ellyses gitu deh. trus muter-muter ke seputaran pusat pemerintahan India. Cari oleh-oleh di sekitaran Connaught Place, dan di pasar Janpat. Sampai jam 2 akhirnya kita balik ke hotel karena waktu check outnya jam 3 sore. Konyolnya setelah check out jam 3, kita menggelandang di lobby hotel sampai jam 6 malam, karena mobil jemputan baru datang jam 6 malam. Sesampainyadi Bandara pun, kita masih menggelandang berjam-jam sampai jam 11.30 malam. Untung aja Indira Gandhi International Airport T3 itu keren banget. Kalau sudah tahu Changi, nah seperti itulah bandaranya. Tapi lebih besoaarrr... 

Errr.. di New Delhi nggak ada bangunan yang kecil. Semuanya besoaaarrr.. Hall Exhibition di Pragati Maidan tempat Paperex kemarin itu ada 7 hall gede dan luas keseluruhan areanya kira-kira 3x PRJ (yang menurutku udah gede banget). tapi.. ada tapinya nih. Tapi bangunan-bangunan gigantic itu nggak terawat. Rasanya exhibition kemarin lebih mirip berada di bekas gudang yang nggak dipakai lagi daripada seperti hall. Lalat dimana-mana, di atas plafon ada burung gagak beterbangan, berdebu, dan di luarnya banyak bertumpukan sampah-sampah. Oiya, belum lagi kebiasaan meludah dan pipis sembarangan orang India yang uncontrollable. Dimana-mana bekas ludah dan bau pesing.

Singkat kata akhirnya setelah penerbangan 5 jam, sekarang aku sudah ada di Singapura untuk menunggu flight berikutnya which is jam 15.30 nanti. Hmm.. masih beberapa jam lagi. Cukup buat jalan-jalan ke Lucky Plaza, beli oleh-oleh di Duty Free dan ngecharge HP di Internet Access Centernya Changi.

Akhirnya pulang juga. Kangen kamu, nasi, ayam goreng, lele penyet dan nasi goreng.
Bye-bye India, Apase Mil Ge Acchalagha...

Sunday, December 11, 2011

Trip To India #3: Dilarang Memotret

India adalah salah satu negara dengan resiko pengeboman tertinggi. Peristiwa pengeboman yang terakhir terjadi di depan pengadilan New Delhi tanggal 7 September 2011 kemarin yang menewaskan 11 orang dan melukai setidaknya 61 orang. Bahkan sebelumnya di Mumbai juga terjadi 3 pengeboman secara simultan yang menewaskan 26 orang di bulan Juli 2011. Karena itulah penjagaan di area-area vital terkesan sangat berlebihan. Salah satunya adalah di metro station.

Di metro station semua penumpang wajib melewati detektor logam sebelum kemudian digeledah dan barangnya dimasukkan ke dalam mesin X-Ray seperti di bandara-bandara itu. Semua barang tak terkecuali sebungkus KFC yang dibawa calon penumpang. Bukan itu saja, di depan pintu masuk metro station ada polisi yang bersenjata otomatis laras panjang lengkap dengan tumpukan karung pasir sebagai barikade pelindung kalau ada serangan bersenjata.

Suasana metro station sendiri sangat ramai. Penuh orang berlalu-lalang. Berlarian kesana kemarin. Kalau menurut aku, suasananya keren kalau buat street photography. Makanya semalam begitu masuk stasiun yang berada di dekat hotel, aku langsung pasang kuda-kuda memotret aktivitas penduduk. Baru satu jepretan, tiba-tiba ada pak polisi datang menghampiri. 

"Are you from Turkey"
"No no im from Indonesia"
"Do not taking picture here. Fine five hundred"
"What?? Sorry sir I don't know that"
"Fine five hundred", ujarnya sambil mengulurkan tangan meminta uang.
"Or you follow me to office"
"no.. no.. Sir.. sorry i'm just a tourist", aku mulai kebingungan. Apalagi tanpa dikomando semua orang yang ada di sekitarku langsung merubungi aku. "Mati deh ini", pikirku. Kemudian aku coba nego gimana kalau aku delete saja foto-foto ini. 
"No, fine five hundred" sambil tetap tangannya dalam posisi meminta.
"Please.. I don't have enough money sir.. please..", aku mulai memohon-mohon biar nggak didenda. Sebelum dia ngomong lagi aku langsung keluarin kamera dan menunjukkan ke dia proses penghapusan file-file. Setelah kuhapus kutunjukkan ke dia.
"All... delete all", perintahnya.
Langsung aja aku bergerak cepat menghapus hampir semua file yang berlokasi disekitaran stasiun. Setelah itu kutunjukkan lagi ke dia. 
""OK you can go"
Hhhhh... rasanya lega banget denger Pak Polisi itu bilang gitu. 

Beberapa hal yang bikin aku was-was dan takut setengah mati disini. Pertama, aku orang asing. Kedua, dendanya mahal. Ketiga, bisa saja aku dipenjara. Nggak bayangin dipenjara di negeri orang. Keempat aku takut kameraku dirampas, kalau nggak sama Pak Polisi ya sama orang-orang yang merubungi aku. Tapi untunglah semua berakhir dengan damai.

Sampai hotel aku masih nggak habis pikir kenapa di negara ini memotret saja dilarang. Sedangkan pipis mereka bisa dimana saja. Setiap ada pojokan deh kurasa. Karena baunya pesing di setiap sudut gedung di kota. Ya pikiran positifnya, mungkin mereka parno dengan pengeboman yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Tapi perlakuan ke turis sepeti itu cukup bikin shock. Jadi agak trauma kalau bawa kamera di sini. Dan sampai sekarang masih menyesal rasanya kehilangan foto-foto di dekat stasiun tadi. Tapi nggak apa-apalah daripada kehilangan kamera dan uang Rs. 500

Yah inilah namanya dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.

Saturday, December 10, 2011

Trip To India #2:The Wedding


Dua hari ini di New Delhi, India sudah dapat beberapa pengalaman yang aneh-aneh. Semalam mendatangi  pernikahan sepupu Manisha Singh, salah satu staff branch office India. Ternyata di India, resepsi pernikahan tidak dilakukan di di dalam gedung seperti kebanyakan orang di Negara kita.  Di India resepsi pernikahan diselengarakan di taman. Yap, disini banyak taman-taman luas yang disewakan khusus untuk pesta pernikahan. Ini terlihat dari sepanjang jalan dari hotel  ke tempat undangan yang banyak menyelenggarakan acara serupa. 

Acaranya sendiri  didesain dengan konsep mix and match modern tradisional. Kenapa aku bilang mix and match. Karena para tamu undangan yang datang menggunakan baju tradional tapi yang sudah dimodifikasi modern. Menu makanan yang dihidangkan juga kebanyakan menu tradisional yang sudah dikemas secara modern. Yang paling terasa modern malam itu adalah adanya seorang DJ yang menjadi “komandan musik” sepanjang acara. Jadi pesta pernikahan semalam itu suasananya seperti di dalam klub malam. 

Musik-musik yang dimainkan juga mix and match lho tenyata.  Musik dance dengan aroma India yang sangat kental. Musik yang seperti  itu ternyata memang memancing orang untuk berdansa. Semakin malam semakin ramai para undangan dan keluarga berdansa-dansi gembira. Mereka tampak menikmati kegembiraan yang dirasakan mempelai. Jadi apa yang digambarkan di film-film Indi yang penuh dengan tarian dan nyanyian memang adalah kultur mereka itu memang benar adanya.

Salah satu hal yang bikin aku was-was di India adalah makanannya yang terlalu banyak bumbu rempah-rempah dengan rasa yang khas. Beruntung semalam itu makanannya bias dimakan. Enak pula. Ada yang French Fries bumbu entahlah, pokoknya enak. Terus ada juga ikan dengan rasa rempah yang lumer di mulut. Juga ayam, kebab, dan masih banyak lagi. 

Yang penting malam itu adalah pulang dengan perut yang full, nggak ngeluarin duit lagi.


Thursday, December 8, 2011

Trip To India #1: Transit Terlama Di Dunia

Setelah ke Dubai beberapa bulan lalu, kali ini dapat tugas lagi untuk ke India. Entahlah, aku nggak begitu excited pergi ke India kali ini. Mungkin karena beberapa teman yang pernah pergi ke sana sering cerita kalau kualitas makanan dan airnya sangat memprihatinkan. Bahkan nggak jarang mereka sampai diare sepulang dari sana. Ah, bayangan yang enggak-enggak ini makin bikin males saja berangkat. Tapi akhirnya berangkat jugalah saya.

Jadwal flight yang diaturkan sama kantor keluar beberapa hari sebelum keberangkatan. Flight schedule ini rada aneh. Flightnya connecting dari Surabaya transit Singapura lanjut ke New Delhi. Yang aneh adalah waktu transit dan pindah ke pesawat berikutnya. Jadi aku berangkat pagi hari dari Surabaya. Sampai di Singapura siaang jam 1 waktu setempat. Nah, next flight ke New Delhi baru berangkat jam 2.30 dini hari!! Awalnya sih kita memang berencana jalan-jalan dulu di Singapura sekalian ada teman yang mau nemuin customernya yang berkantor di Robinson Rd.

Awalnya semua menyenangkan sampai akhirnya jam 9 malam kita balik ke airport. Aduh, rasanya tersiksa banget nunggu dari jam 9 sampai jam 2.30. Antara ngelawan ngantuk, capek dan baterai gadget habis semua. Tapi untunglah, fasilitas Changi Terminal 2 ini bener-bener ciamik nggonggong. Pertama, fasilitas WIFI yang kencang. Walaupun rada ribet registernya. Lalu fasilitas TV segede gaban plus sofa-sofa perorangan yang empuk dan pas banget buat nobar pertandingan bola. Ditambah lagi fasilitas free Internet access semacam warnet yang dilengkapi dengan colokan listrik. Jadi selagi nungguin ngecharge handphone kita bisa internetan sambil gulung-gulung. Belum lagi dengan food court yang tersebar layaknya di mall. Sebutin aja deh, semua resto yang ada di mall itu ada disini. Tapi ah seandainya ada warung soto Wawan aku pasti lebih betah :p

Hyaahh.. Sekarang waktu menunjukkan jam 12.20 waktu Singapura. Berarti masih 2 jam lagi aku di sini. Ngantuknya nggak ketulungan. Sudah satu cup Kopi-O dan semangkuk Mee Rebus rasanya nggak sanggup menahan berat beban kelopak mata atas ini. Sudah dulu ya, tulisan trip to Indianya bersambung dulu sampai sini...