Pages

Monday, October 3, 2011

Lost In Dubai

Lima hari berada di salah satu kota terkeren di dunia pasti ada kebodohan yang kulakukan. Jadi begini ceritanya. Sejak pertama dateng ke Dubai dan melihat di sana ada metro (kereta komuter monorel) aku langsung bercita-cita naik. Keren banget sumpah...

Akhirnya kesempatan naik itu dateng juga. Waktu makan siang, aku dan seorang teman dari Jakarta iseng makan siang di Dubai Mall yang ternyata nggak begitu jauh dari tempat aku pameran di Dubai WTC.Sampai di Stasiun yang berarsitektur seperti keong itu yang kutuju pertama adala rak buku yang bertuliskan "The Handy Guide to using The Dubai Metro". 


Mengingat bukunya lumayan tebel akhirnya kubaca sekilas aja. Lalu si teman itu ngajak langsung beli tiket. Harganya AED 20 yang kira-kira setara dengan IDR 50 ribu. Modelnya kayak kartu isi ulang gitu. Jadi AED 20 itu dapet "pulsa" senilai 14 AED. Setelah beli naiklah kita ke lantai atas platform kereta. Sambil petentang-petenteng dengan percaya diri tinggi kita nunggu kereta. Mungkin karena penasaran, si teman bertanya ke petugas keamanan. Dia tanya, "Jurusan Dubai Mall masih lama nggak?". Ternyata pak satpamnya bilang "Lho kalian ini salah jalan. Yang ke Dubai Mall di platform seberang."

Jiaaahhh... akhirnya lari-larilah kita pindah platform. Turun... trus naik lagi ke seberang. Masih menggo-menggos, eh keretanya dateng dong. Di gerbong paling depan ada tulisannya gold class. Makanya aku ajak si teman itu ke gerbong yang tengah. Begitu masuk, berdiri kita. Penuh. Tapi tetap nyaman sih.

Di dalam kereta aku rada curiga. Kok kartu yang dipegang orang-orang warnanya silver, sedangkan aku dan temanku... gold. Jangan-jangan, kita berhak duduk di depan. Hadooohhh... Begitu aku cerita gitu sama temanku ini dia bilang "kalau gitu nanti waktu pulang kita harus duduk di gerbong paling depan sendiri"

Tampaknya petugas loket tadi memberi kita kartu gold. Memang harganya sih sama. Tapi perhitungan "pulsanya" dua kali lipat lebih mahal dari pada yang silver. Rada sebel juga dih. Tapi gpp, at least nanti pas pulangnya kalau duduk di gerbong paling depan bisa.

Sepulangnya, menunggu-nunggu kereta sambil H2C. Soalnya penasaran banget mau ngerasain kereta itu dari gerbong paling depan. Begitu kereta dateng, pintu terbuka, masuklah kita berdua di pintu paling depan. Tapi... tapi... tapi... kok rasanya ada yang aneh ya. Kok gebong Gold Class sama aja kayak yang tadi. Pas sudah turun kita baru nyadar kalau ternyata gerbong Gold Class itu di kereta arah sebaliknya, gerbong Gold Classnya nggak di depan tapi ada di belakang. Kan keretanya jalannya maju mundur. Hadooohhh... Rugi deeehh, yang seharusnya "pulsa" kepotong AED 1.8, jadi AED 3,6.

Anyway, Dubai yang notabene adalah kota yang guedeeee dan modern itu ternyata nggak serumit Jakarta yang setengah canggih setengah belum canggih.