Pages

Thursday, December 15, 2011

Trip To India #4 : Pulang


Hari ini akhirnya tiba juga. Saatnya pulang. Udah kangen banget sama kekasih di ujung dunia sebelah sana *lebay*. Karena pulang naik flight malam, pagi sampai sore di sempatin jalan-jalan. Err.. dan meeting sama customer juga. Killing time dengan cara jalan-jalan naik taksi di India memang cara yang ampuh. Kemacetan dan kesemrawutan luar biasa bikin waktu berjalan cepat. Pengemudi kendaraan di India, khususnya New Delhi memang nggak bisa sabar. Pencet klakson sana-sini. Potong jalan sana-sini. Mmm.. Pasti sudah paham sama tipikal pengemudi motor di Surabaya atau Jakarta kan? Nah Sama dengan New Delhi. Bedanya, mereka nggak naik motor, tapi mobil. Ya, seperti itulah karakteristik mengemudi mereka. Akhirnya aku jadi tahu kenapa sopir taksi di Dubai ngebut dan ugal-ugalan. Karena para sopir taksi itu adalah orang-orang India. Hohohohoho...

Sepulang meeting aku dan teman-teman jalan ke India gate. India Gate itu kalau di Paris semacam Champ D'Ellyses gitu deh. trus muter-muter ke seputaran pusat pemerintahan India. Cari oleh-oleh di sekitaran Connaught Place, dan di pasar Janpat. Sampai jam 2 akhirnya kita balik ke hotel karena waktu check outnya jam 3 sore. Konyolnya setelah check out jam 3, kita menggelandang di lobby hotel sampai jam 6 malam, karena mobil jemputan baru datang jam 6 malam. Sesampainyadi Bandara pun, kita masih menggelandang berjam-jam sampai jam 11.30 malam. Untung aja Indira Gandhi International Airport T3 itu keren banget. Kalau sudah tahu Changi, nah seperti itulah bandaranya. Tapi lebih besoaarrr... 

Errr.. di New Delhi nggak ada bangunan yang kecil. Semuanya besoaaarrr.. Hall Exhibition di Pragati Maidan tempat Paperex kemarin itu ada 7 hall gede dan luas keseluruhan areanya kira-kira 3x PRJ (yang menurutku udah gede banget). tapi.. ada tapinya nih. Tapi bangunan-bangunan gigantic itu nggak terawat. Rasanya exhibition kemarin lebih mirip berada di bekas gudang yang nggak dipakai lagi daripada seperti hall. Lalat dimana-mana, di atas plafon ada burung gagak beterbangan, berdebu, dan di luarnya banyak bertumpukan sampah-sampah. Oiya, belum lagi kebiasaan meludah dan pipis sembarangan orang India yang uncontrollable. Dimana-mana bekas ludah dan bau pesing.

Singkat kata akhirnya setelah penerbangan 5 jam, sekarang aku sudah ada di Singapura untuk menunggu flight berikutnya which is jam 15.30 nanti. Hmm.. masih beberapa jam lagi. Cukup buat jalan-jalan ke Lucky Plaza, beli oleh-oleh di Duty Free dan ngecharge HP di Internet Access Centernya Changi.

Akhirnya pulang juga. Kangen kamu, nasi, ayam goreng, lele penyet dan nasi goreng.
Bye-bye India, Apase Mil Ge Acchalagha...

Sunday, December 11, 2011

Trip To India #3: Dilarang Memotret

India adalah salah satu negara dengan resiko pengeboman tertinggi. Peristiwa pengeboman yang terakhir terjadi di depan pengadilan New Delhi tanggal 7 September 2011 kemarin yang menewaskan 11 orang dan melukai setidaknya 61 orang. Bahkan sebelumnya di Mumbai juga terjadi 3 pengeboman secara simultan yang menewaskan 26 orang di bulan Juli 2011. Karena itulah penjagaan di area-area vital terkesan sangat berlebihan. Salah satunya adalah di metro station.

Di metro station semua penumpang wajib melewati detektor logam sebelum kemudian digeledah dan barangnya dimasukkan ke dalam mesin X-Ray seperti di bandara-bandara itu. Semua barang tak terkecuali sebungkus KFC yang dibawa calon penumpang. Bukan itu saja, di depan pintu masuk metro station ada polisi yang bersenjata otomatis laras panjang lengkap dengan tumpukan karung pasir sebagai barikade pelindung kalau ada serangan bersenjata.

Suasana metro station sendiri sangat ramai. Penuh orang berlalu-lalang. Berlarian kesana kemarin. Kalau menurut aku, suasananya keren kalau buat street photography. Makanya semalam begitu masuk stasiun yang berada di dekat hotel, aku langsung pasang kuda-kuda memotret aktivitas penduduk. Baru satu jepretan, tiba-tiba ada pak polisi datang menghampiri. 

"Are you from Turkey"
"No no im from Indonesia"
"Do not taking picture here. Fine five hundred"
"What?? Sorry sir I don't know that"
"Fine five hundred", ujarnya sambil mengulurkan tangan meminta uang.
"Or you follow me to office"
"no.. no.. Sir.. sorry i'm just a tourist", aku mulai kebingungan. Apalagi tanpa dikomando semua orang yang ada di sekitarku langsung merubungi aku. "Mati deh ini", pikirku. Kemudian aku coba nego gimana kalau aku delete saja foto-foto ini. 
"No, fine five hundred" sambil tetap tangannya dalam posisi meminta.
"Please.. I don't have enough money sir.. please..", aku mulai memohon-mohon biar nggak didenda. Sebelum dia ngomong lagi aku langsung keluarin kamera dan menunjukkan ke dia proses penghapusan file-file. Setelah kuhapus kutunjukkan ke dia.
"All... delete all", perintahnya.
Langsung aja aku bergerak cepat menghapus hampir semua file yang berlokasi disekitaran stasiun. Setelah itu kutunjukkan lagi ke dia. 
""OK you can go"
Hhhhh... rasanya lega banget denger Pak Polisi itu bilang gitu. 

Beberapa hal yang bikin aku was-was dan takut setengah mati disini. Pertama, aku orang asing. Kedua, dendanya mahal. Ketiga, bisa saja aku dipenjara. Nggak bayangin dipenjara di negeri orang. Keempat aku takut kameraku dirampas, kalau nggak sama Pak Polisi ya sama orang-orang yang merubungi aku. Tapi untunglah semua berakhir dengan damai.

Sampai hotel aku masih nggak habis pikir kenapa di negara ini memotret saja dilarang. Sedangkan pipis mereka bisa dimana saja. Setiap ada pojokan deh kurasa. Karena baunya pesing di setiap sudut gedung di kota. Ya pikiran positifnya, mungkin mereka parno dengan pengeboman yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Tapi perlakuan ke turis sepeti itu cukup bikin shock. Jadi agak trauma kalau bawa kamera di sini. Dan sampai sekarang masih menyesal rasanya kehilangan foto-foto di dekat stasiun tadi. Tapi nggak apa-apalah daripada kehilangan kamera dan uang Rs. 500

Yah inilah namanya dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.

Saturday, December 10, 2011

Trip To India #2:The Wedding


Dua hari ini di New Delhi, India sudah dapat beberapa pengalaman yang aneh-aneh. Semalam mendatangi  pernikahan sepupu Manisha Singh, salah satu staff branch office India. Ternyata di India, resepsi pernikahan tidak dilakukan di di dalam gedung seperti kebanyakan orang di Negara kita.  Di India resepsi pernikahan diselengarakan di taman. Yap, disini banyak taman-taman luas yang disewakan khusus untuk pesta pernikahan. Ini terlihat dari sepanjang jalan dari hotel  ke tempat undangan yang banyak menyelenggarakan acara serupa. 

Acaranya sendiri  didesain dengan konsep mix and match modern tradisional. Kenapa aku bilang mix and match. Karena para tamu undangan yang datang menggunakan baju tradional tapi yang sudah dimodifikasi modern. Menu makanan yang dihidangkan juga kebanyakan menu tradisional yang sudah dikemas secara modern. Yang paling terasa modern malam itu adalah adanya seorang DJ yang menjadi “komandan musik” sepanjang acara. Jadi pesta pernikahan semalam itu suasananya seperti di dalam klub malam. 

Musik-musik yang dimainkan juga mix and match lho tenyata.  Musik dance dengan aroma India yang sangat kental. Musik yang seperti  itu ternyata memang memancing orang untuk berdansa. Semakin malam semakin ramai para undangan dan keluarga berdansa-dansi gembira. Mereka tampak menikmati kegembiraan yang dirasakan mempelai. Jadi apa yang digambarkan di film-film Indi yang penuh dengan tarian dan nyanyian memang adalah kultur mereka itu memang benar adanya.

Salah satu hal yang bikin aku was-was di India adalah makanannya yang terlalu banyak bumbu rempah-rempah dengan rasa yang khas. Beruntung semalam itu makanannya bias dimakan. Enak pula. Ada yang French Fries bumbu entahlah, pokoknya enak. Terus ada juga ikan dengan rasa rempah yang lumer di mulut. Juga ayam, kebab, dan masih banyak lagi. 

Yang penting malam itu adalah pulang dengan perut yang full, nggak ngeluarin duit lagi.


Thursday, December 8, 2011

Trip To India #1: Transit Terlama Di Dunia

Setelah ke Dubai beberapa bulan lalu, kali ini dapat tugas lagi untuk ke India. Entahlah, aku nggak begitu excited pergi ke India kali ini. Mungkin karena beberapa teman yang pernah pergi ke sana sering cerita kalau kualitas makanan dan airnya sangat memprihatinkan. Bahkan nggak jarang mereka sampai diare sepulang dari sana. Ah, bayangan yang enggak-enggak ini makin bikin males saja berangkat. Tapi akhirnya berangkat jugalah saya.

Jadwal flight yang diaturkan sama kantor keluar beberapa hari sebelum keberangkatan. Flight schedule ini rada aneh. Flightnya connecting dari Surabaya transit Singapura lanjut ke New Delhi. Yang aneh adalah waktu transit dan pindah ke pesawat berikutnya. Jadi aku berangkat pagi hari dari Surabaya. Sampai di Singapura siaang jam 1 waktu setempat. Nah, next flight ke New Delhi baru berangkat jam 2.30 dini hari!! Awalnya sih kita memang berencana jalan-jalan dulu di Singapura sekalian ada teman yang mau nemuin customernya yang berkantor di Robinson Rd.

Awalnya semua menyenangkan sampai akhirnya jam 9 malam kita balik ke airport. Aduh, rasanya tersiksa banget nunggu dari jam 9 sampai jam 2.30. Antara ngelawan ngantuk, capek dan baterai gadget habis semua. Tapi untunglah, fasilitas Changi Terminal 2 ini bener-bener ciamik nggonggong. Pertama, fasilitas WIFI yang kencang. Walaupun rada ribet registernya. Lalu fasilitas TV segede gaban plus sofa-sofa perorangan yang empuk dan pas banget buat nobar pertandingan bola. Ditambah lagi fasilitas free Internet access semacam warnet yang dilengkapi dengan colokan listrik. Jadi selagi nungguin ngecharge handphone kita bisa internetan sambil gulung-gulung. Belum lagi dengan food court yang tersebar layaknya di mall. Sebutin aja deh, semua resto yang ada di mall itu ada disini. Tapi ah seandainya ada warung soto Wawan aku pasti lebih betah :p

Hyaahh.. Sekarang waktu menunjukkan jam 12.20 waktu Singapura. Berarti masih 2 jam lagi aku di sini. Ngantuknya nggak ketulungan. Sudah satu cup Kopi-O dan semangkuk Mee Rebus rasanya nggak sanggup menahan berat beban kelopak mata atas ini. Sudah dulu ya, tulisan trip to Indianya bersambung dulu sampai sini...

Monday, October 3, 2011

Lost In Dubai

Lima hari berada di salah satu kota terkeren di dunia pasti ada kebodohan yang kulakukan. Jadi begini ceritanya. Sejak pertama dateng ke Dubai dan melihat di sana ada metro (kereta komuter monorel) aku langsung bercita-cita naik. Keren banget sumpah...

Akhirnya kesempatan naik itu dateng juga. Waktu makan siang, aku dan seorang teman dari Jakarta iseng makan siang di Dubai Mall yang ternyata nggak begitu jauh dari tempat aku pameran di Dubai WTC.Sampai di Stasiun yang berarsitektur seperti keong itu yang kutuju pertama adala rak buku yang bertuliskan "The Handy Guide to using The Dubai Metro". 


Mengingat bukunya lumayan tebel akhirnya kubaca sekilas aja. Lalu si teman itu ngajak langsung beli tiket. Harganya AED 20 yang kira-kira setara dengan IDR 50 ribu. Modelnya kayak kartu isi ulang gitu. Jadi AED 20 itu dapet "pulsa" senilai 14 AED. Setelah beli naiklah kita ke lantai atas platform kereta. Sambil petentang-petenteng dengan percaya diri tinggi kita nunggu kereta. Mungkin karena penasaran, si teman bertanya ke petugas keamanan. Dia tanya, "Jurusan Dubai Mall masih lama nggak?". Ternyata pak satpamnya bilang "Lho kalian ini salah jalan. Yang ke Dubai Mall di platform seberang."

Jiaaahhh... akhirnya lari-larilah kita pindah platform. Turun... trus naik lagi ke seberang. Masih menggo-menggos, eh keretanya dateng dong. Di gerbong paling depan ada tulisannya gold class. Makanya aku ajak si teman itu ke gerbong yang tengah. Begitu masuk, berdiri kita. Penuh. Tapi tetap nyaman sih.

Di dalam kereta aku rada curiga. Kok kartu yang dipegang orang-orang warnanya silver, sedangkan aku dan temanku... gold. Jangan-jangan, kita berhak duduk di depan. Hadooohhh... Begitu aku cerita gitu sama temanku ini dia bilang "kalau gitu nanti waktu pulang kita harus duduk di gerbong paling depan sendiri"

Tampaknya petugas loket tadi memberi kita kartu gold. Memang harganya sih sama. Tapi perhitungan "pulsanya" dua kali lipat lebih mahal dari pada yang silver. Rada sebel juga dih. Tapi gpp, at least nanti pas pulangnya kalau duduk di gerbong paling depan bisa.

Sepulangnya, menunggu-nunggu kereta sambil H2C. Soalnya penasaran banget mau ngerasain kereta itu dari gerbong paling depan. Begitu kereta dateng, pintu terbuka, masuklah kita berdua di pintu paling depan. Tapi... tapi... tapi... kok rasanya ada yang aneh ya. Kok gebong Gold Class sama aja kayak yang tadi. Pas sudah turun kita baru nyadar kalau ternyata gerbong Gold Class itu di kereta arah sebaliknya, gerbong Gold Classnya nggak di depan tapi ada di belakang. Kan keretanya jalannya maju mundur. Hadooohhh... Rugi deeehh, yang seharusnya "pulsa" kepotong AED 1.8, jadi AED 3,6.

Anyway, Dubai yang notabene adalah kota yang guedeeee dan modern itu ternyata nggak serumit Jakarta yang setengah canggih setengah belum canggih.

Monday, August 8, 2011

Dirty Office Politics

Politik. Satu kata yang menurut kamus bahasa Indonesia berarti kebijakan atau siasat dalam pemerintahan. Lalu apa jadinya bila politik dibawa ke ranah yang tidak seharusnya. Atau politik dimainkan oleh orang-orang yang punya ambisi dan kepentingan pribadi. Akan menjadi rumit, kacau dan akan merugikan orang lain.

Sialnya saya sedang mengalami politisasi akan pekerjaan oleh satu-dua orang yang dampaknya cukup dalam. Tidak sesikit yang merasa dirugikan. Tapi apa yang dibilang si aktor utama? Ini semua akan membawa ke kondisi yang lebih baik. Ya, saya menyadari bahwa perubahan menuju hal yang lebih baik kadang memang diperlukan pengorbanan dan tidak sedikit yag diawali dengan kekacauan. Ingat Indonesia tahun 1965 dan 1998? Ya semacam itulah. Kalau buat kepentingan orang banyak ya saya ikhlas. Tapi kalau cuman buat mengakomodasi kepentingan segelintir orang? No way!

Semua taktik politik yang dibangun para aktor itu terlihat jelas kemana arahnya. Memang ke arah yg lebih baik... Buat mereka sendiri tentunya. Kondisi ini membuat saya sedikit terguncang. Ya saya pernah mengalami dirty office politics disemua pekerjaan yang pernah saya singgahi. Tapi kali ini skalanya beda.

Pagi ini saya bangun dengan mood yang berantakan. Untuk pertama kalinya sejak bekerja di tempat itu saya malas berangkat ke kantor. Malas harus menghadapi kondisi lingkungan kerja yang seperti itu. Malas harus bekerja dengan orang-orang yang tiba-tiba menjadi sok kuasa yang melihat kita-kita ini seperti pesuruh. Bakat, kemampuan, dan ilmu yang saya miliki nggak worthed dengan apa yang saya peroleh. Hampir 2 tahun saya merasa nyaman dan merasa bahwa pekerjaan ini adalah passion saya, jiwa saya. Tapi itu semua nggak cukup. Ternyata lingkungan juga membawa pengaruh. Galau.. Ya saya galau dengan semua ini.

Saat ini saya mencoba untuk bekerja dengan tulus dan bertahan agar pikiran saya tidak terkerdilkan oleh mereka yang berpolitik. Saya yakin orang-orang pelaku dirty office politics tidak akan bertahan lama. Karena cuma hal-hal seperti itu yang mereka bisa untuk mempertahankan karirnya. Kalau keadaan tidak berubah dan saya mendapat kesempatan yang lebih baik, "melompat" adalah pilihan saya berikutnya. Doakan saya...

Sent from Android phone

Wednesday, July 27, 2011

Sir Alex dan Raja Kecil

Manchester United adalah salah satu tim sepak bola paling sukses dalam sejarah. Sampai sekarang mereka adalah pengkoleksi gelar liga premier Inggris terbanyak yaitu dengan 19 gelar, 11 kali juara piala FA, dan dua kali juara Liga Champion UEFA.

Yang patut dicatat disini adalah dari sekian banyak gelar itu dipersembahkan ketika United dilatih Sir Alex Ferguson. Pelatih yang sekarang berusia 69 tahun ini berkuasa di Old Trafford sejak 1986 sampai sekarang. Pelatih yang satu ini sangat berintegritas. Dia sangat yakin dengan apa yang dilakukannya. Tidak heran kalau dalam masa kepemimpinannya banyak pemain yang dulu zero jadi hero. Atau yang sudah hero menjadi superhero. Tapi yang namanya manusia ya, kalau sudah tumbuh makin 'tinggi' pasti ada yang berubah. Entah itu cuman sekedar penampilan atau bahkan mungkin sifat dan perangainya. Disinilah kejelian Sir Alex dalam mengelola tim terlihat.

Tidak terhitung berapa pemain yang dia rekrut dan dibesarkan. Tapi tidak sedikit juga pemain besar yang dibuang begitu saja. Sebut saja Eric Cantona, David Beckham dan terakhir Cristiano Ronaldo. Siapa sih yang meragukan kemampuan mereka? Tapi kenapa Sir Alex melepas mereka? Jawabannya simpel saja... Sir Alex tidak mau ada raja-raja kecil dalam timnya. Sikap pemain yang jadi raja-raja kecil itu akan merusak harmonisasi tim dan akibat buruknya akan merusak mental pemain-pemain muda. Walaupun kebijakan ini hampir selalu ditentang fans United, tapi Sir Alex tetap bergeming dan membuktikan bahwa kehilangan mereka yang menjadi raja-raja kecil itu tidak menghalangi tim untuk terus berprestasi.

Cerita tentang raja-raja kecil di Manchester United itu sekarang terjadi di lingkunganku. Bedanya, bukannya seperti Sir Alex, raja-raja kecil itu malah seperti dibina, dimatangkan, dan didengarkan. Akibatnya mulai terjadi overlapping antara satu tugas dengan tugas yang lain masing-masing orang. Selain itu pemimpin juga lebih mendengarkan bisikan raja-raja kecil dibandingkan saran dari ahlinya. Konyolnya lagi raja-raja kecil mulai memanfaatkan kedekatannya dengan pemimpin untuk menyingkirkan orang yang nggak mereka sukai.

Aku jadi khawatir, kondisi ini kalau dibiarkan lama-lama bisa merusak tim. Padahal di situasi yang sulit sepeti sekarang kekompakan tim harus kuat. Ya aku rasa tim ini butuh seseorang seperti Sir Alex. Tegas, berintegritas, dan adil. Dan untuk orang-orang yang menjadi raja-raja kecil, sadarlah. Karena yang kalian lakukan itu merugikan tim. Berhentilah menjilat dan mencari muka. Bekerja lebih giat adalah hal yang lebih diperlukan untuk menjadi lebih maju.

Sent from Android phone

Saturday, July 23, 2011

Jazz Gunung

Akhirnya baru sempat juga nulis soal Jazz Gunung ini. Jadi ceritanya tanggal 9 Juli kemarin aku dan kekasihku dapat kesempatan langka untuk bisa nonton salah satu event musik yang kuidam-idamkan pengen kutonton sejak 2 tahun lalu, Jazz Gunung. Pagelaran musik jazz dengan nuansa yang unik. Kenapa unik, karena diadakan di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Tepatnya di kompleks hotel Java Banana Bromo.


Stagenya yang menyatu dengan alam, ditambah dengan udara dingin menggigil rasanya memberikan sensasi yang berbeda untuk sebuah konser musik di iklim tropis seperti di Indonesia sini. Bayangin aja, hampir separuh konser badan menggigil kedinginan (karena jaket yang kurang tebel), dan umbel yang mbeler nyaris tidak dirasakan karena saking asyiknya bergoyang mendengarkan lagu-lagu jazzy dari Kelompok Perkusi Keramat Madura, Tohpati Ethnomission, Kua Etnika, Trie Utami, Maya Hasan, dan Glenn Fredly.


Pertunjukan diawali dengan penampilan Kelompok Perkusi Keramat Madura. Menurut ceritanya, mereka adalah sekelompok pemuda dari Madura yang pada saat terjadi krisis listrik beberapa tahun lalu secara kreatif membentuk grup perkusi ini dengan peralatan yang seadanya. Hampir semua yang digunakan adalah alat bekas. Bahkan mereka bilang kalau drum yang digunakan itu sebenarnya adalah bekas tempat ikan. Tapi jangan sekali-sekali meremehkan, mereka tampil bagaikan maestro perkusi jazz papan atas. Dan walaupun kita semua yang mendengarkan nggak tau apa arti lagunya, tetap saja asik dan nggak bosan mendengarkan. Lagu-lagu yang mereka mainkan semuanya bertempo cepat dan khas Madura, karena bahasanya bahasa Madura. Tapi bunyi-bunyian alat musik tiupnya seolah-olah memberikan kesan modern sekaligus nuansa ceria di dalam musiknya. Dan show mereka berakhir dengan standing ovation buat Kelompok Perkusi Keramat Madura.


Tohpati Ethnomission melanjutkan suasana seru ini dengan penampilan yang memukau. Beberapa lagunya yang jujur saja aku nggak ngerti, seperti membius ratusan penonton yang hadir. Tohpati memainkan beberapa lagu sampai matahari terbenam, seperti Janggiran, Budaya Ketawang, dan Perang Tanding. Lagu yang terakhir ini mengejutkan penonton dengan adanya perang tanding antara drum versus gendang dan seruling versus gitar.


Ketika hari sudah semakin gelap, Jamaah Al Jazziah (begitu Butet menyebut penonton) makin dimanjakan oleh Djaduk dan Kua Etnika-nya yang menampilkan Trie Utami dan Maya Hasan (harpa). Dari sekian banyak lagu yang dinyanyiin mereka, satu yang nyantol di otakku. Raising Sun judulnya. Lagu hasil kolaborasi Kua Etnika dan Maya Hasan ini menurut Djaduk bercerita tentang keindahan sunrise di gunung Bromo.

Dan puncaknya adalah... Glen Fredlyyyyyy!!!!!


Malam itu Glenn tampil beda dengan menyanyikan lagu-lagu bertemakan cinta yang berirama riang. Jangan harap ada lagu-lagu sedih muncul. Yang ada seperti Kala Cinta Menggoda-nya Chrisye, Timur, You're My Everything, Cukup Sudah, Kisah Romantis dan beberapa lagi. Tidak lupa Glenn menyisipkan pesan doa untuk Utha Likumahua yang sedang sakit dengan menyanyikan lagu Esok Kan Masih ada. Dan konser malam itupun ditutup dengan penampilan jam session dari semua artis yang tampil.

That night was great!! Jazz dan Bromo adalah perpaduan yang asik untuk menikmati musik. Semoga tahun depan masih ada dan masih berkesempatan untuk menonton dengan kondisi yang lebih manusiawi. Karena malam itu kami harus menginap di mobil untuk menunggu matahari terbit dan kembali ke Surabaya.

Friday, July 1, 2011

Samsung Galaxy Ace

Setelah menunggu dan menunggu akhirnya bulan Juni kemarin kesampaian juga beli android, dan device yang kupilih adalah Samsung Galaxy Ace. Kenapa? Soalnya fitur yang ditawarkan paling masuk akal buat kebutuhan dan kegiatanku sehari-hari.

Mengusung OS Android froyo 2.2, Ace ini terasa menyenangkan. Apalagi didukung processor 800 Mhz yang rasanya terbesar di kelas android menengah. Lebih cepat dan responsif walau kadang masih suka mbrebet kalau mutitasking. Tapi masih dalam batas kewajaran.

Layarnya yang selebar 3,5" memang rasanya jadi kurang lebar kalo sudah ngerasain gimana serunya berandroid ria. Tapi ya sudahlah apa boleh buat. Layar segede ini juga udah pas di kantong celana. Apalagi sudah mengakomodasi 16 juta warna dengan TFT captivative touch screen yang jernih lumayan responsif. Kenapa aku bilang lumayan, karena ada kalanya layar ace ini telat respon maklum internal memorinya cuman 158 Mb. Tapi itu bisa diakali untuk pengguna yang sudah advance.

Kalau buat internetan dukungan 3G HSDPA sampai 7,2 Mbps ini entah kenapa terasa kencang buatku yang terbiasa pakai Samsung Valencia. Tinggal pakai internet paket unlimited, semuamuamuanya beres.
Buat yang suka foto-foto, jangan kuatir. Kamera 5 MP beresolusi 2592x1944 yang dilengkapi dengan flash sudah tertanam sempurna di Ace. Apalagi dilengkapi fitur-fitur shoot mode seperti yang ada dalam kamera digital pada umumnya, plus masih ada fitur smile detection yang seru.

Buat yang kerjaan kantornya dibawa sampai mati, tenang aja.. Ace sudah dilengkapi Thinkfree Office sehingga kita bisa mengedit dan menbuat dokumen word, excel dan powerpoint layaknya di PC. Plus konektivitas dengan google service yang tak terbatas. Soal ketik mengetik, swype keyboardnya walaupun kurang membantu buatku tapi seru juga kok ehehe...

Yang suka berGPS ria jangan kuatir, Ace sudah A GPS support jadi kalau mau diinstali aplikasi GPS gak masalah. Enggak diinstalipun sudah ada google map yang siap bantu kita jalan kemana saja.

Nah kalau soal batere, emm... Boros. Apalagi kalau kita orangnya aktif online. Siap siaga charger ke manapun kita pergi. Kalau penggunaanku sih jam 5 pagi penuh, maksimal jam 6 sore udah ngecharge lagi. Yang jelas harga Ace ini cukup setimpal dengan fitur-fitur yang kita dapatkan. Dan boleh dibilang iphone wannabe ini mantap buat dibeli kalau kita kurang mampu beli iphone wkwkwkwk...

Btw review ini ditulis pake Ace lho :p

Sunday, April 10, 2011

Salah

Aku nggak tahu salah apa
Tapi kalau kamu diam, itu artinya aku salah
Maafkan aku

Friday, March 25, 2011

Taktik Naik Bus

Setelah 1 tahun lebih naik bus luar kota ke kantor setiap hari kecuali Minggu, akhhirnya aku bisa nemu taktik jitu dapetin bus yang enak, nyaman dan cepat dengan tarif reguler. Begini taktiknya kalau berangkatnya dari Surabaya:
1. Datang lebih awal ke terminal
Kalau memang belum hafal jam-jamnya bus berangkat, rasanya datang lebih awal memang lebih menguntungkan daripada mepet dan terburu-buru. Karena apa, dengan datang lebih awal kita bisa melihat situasi dan kondisi terminal. Kalau memungkinkan, hindari berangkat dari terminal malam hari. Selain rawan kejahatan, jumlah bus di atas jam 8 malam susah sangat sediki

2. Jangan Ragu Menunggu
Misalnya bus yang di line paling depan itu tampilan fisiknya jelek, atau perusahaan otobusnya kurang bonafid, skip aja. Tunggu bus belakangnya. Misalnya mau ke Madiun, langkah pertama lihat jurusan Ponorogo (Line 3), kalau disitu ada Bus Restu bergambar panda (Restu Panda), naiklah. Tapi kalau jelek, skip, lihat bus dibelakangnya, kalau POnya Restu Panda, Mandala AC, atau Akas AC lebih baik tunggulah sampai bus kedua itu maju ke urutan pertama.

3. Cari Jurusan Alternatif
Kalau misalnya bus yang kita tuju selalu penuh, cari rute alternatif. Satu kota tidak hanya dilewati satu trayek bus. Misalnya, kalau mau ke Kediri. Ada beberapa trayek yang bisa dinaiki untuk sampai ke sana. Pertama langsung naik bus jurusan Kediri. Kedua, naik bus jurusan Madiun/Ponorogo/Solo/Jogja tapi turun di pertigaan Bra'an terus ganti bus jurusan Kediri yang pasti sudah lebih sepi karena banyak penumpang yang turun di Mojokerto dan Jombang. Kalau masih berdiri juga ya nasibmu :p

4. Berpikir Efisien
Beberapa jurusan memang tersedia bus Patas. Memang harganya 2 kali lipat lebih mahal, tapi kadang sampai tujuan juga nggak selalu ontime. Makanya, untuk beberapa jurusan seperti Malang, Madiun, Ponorogo, Solo dan Jogja, jangan sungkan-sungkan untuk naik bus AC Tarif Biasa (ATB). Lebih murah, tapi konsekuensinya di bus ATB pengamen dan asongan lebih leluasa berkeliaran.

5. Don't Judge The Bus By It's Body
Bus dengan bodi bagus belum tentu nyaman. Tapi bus yang jelek belum tentu nggak enak. Menurut pengalamanku, hindari naik bus seperti Jaya, Neo, Pelita Indah, Dana Dhasih, Cendana, dan Indrapura. Bus-bus ini dari luar bodinya terlihat bagus, tapi kebanyakan ACnya nggak dingin (cuma keluar angin doang) dan hati-hati, kadang beberapa bus itu narik tarifnya kelebihan. Bus yang bodinya paling bagus menurutku adalah Restu Panda, tapi hati-hati kalau naik itu, karena semua orang tahu itu bus yang nyaman, makanya semua masuk. Alhasil, Restu Panda jadi nggak nyaman karena hampir selalu penuh untuk jam keberangkatan pagi dan sore.

6. No Threesome
Maksudnya, pilih tempat duduk yang buat dua orang, hindari tempat duduk yang buat tiga orang, karena walaupun kelihatan lebih luas, tapi kalau diisi penuh 3 orang akan lebih sempit.

7. Posisi Menentukan Prestasi
Kalau masih bisa memilih tempat duduk, selain pilih yang buat 2 orang, hindari memilih tempat duduk di depan sendiri dan baris setelahnya. Ngeri. Selain itu hindari pula tempat duduk belakang nomor 1 atau 2 setelah pintu. Karena biasanya itu pas di atas roda, goncangannya terasa banget. Kecuali untuk yang sudah terbiasa.

8. Biar Bediri Asal AC
Kalau bepergian pas high season seperti lebaran, tips-tips di atas sudah hampir nggak ada gunanya lagi. Tapi yang perlu diingat adalah, lebih baik berdiri naik bus AC daripada bus non AC.

That's all, semoga bermanfaat. Have a nice bus trip :)

Thursday, March 24, 2011

Yang Harus Ditiru Indonesia

Ini dapat kiriman forwardan email dari temenku. Aku rasa, beginilah seharusnya mental yang ditanamkan dalam setiap warga negara Indonesia

--------------------------------------------------
Say YES to GAMBARU!
by Rouli Esther Pasaribu on Monday, March 14, 2011 at 10:02am

Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan.
Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi).

Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.

Gam baru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja.
Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan)

Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu" (maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).

Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti, kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya.
Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar ngga manja terhadap cuaca dingin, didalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri.

Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!). Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must!

Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di Jepang bagian timur.

Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di Jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia.

Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik kebingungan karena bencana ini.
Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain. Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan.
Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.

Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini?
Dari hari pertama bencana, gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV.
Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga gw tunggu2in.
Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV.
Jadi yang ada apaan dong?

Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :
1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada

2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan
tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)

3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman listrik terencana

4. Tips-tips menghadapi bencana alam

5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam

6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang terkena bencana

7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)

8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi
(government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati

9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati :
*ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian :
gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)

*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini;

Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang.
Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu.
Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.

Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya, Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang.....I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup.

Jika diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.

Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2 atau S3 mah, ya di eropa atau amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung.

Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang ini. Toh sama-sama asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa jepang, ngga akan bisa survive di sini. Sampai sempat nyesal juga,kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya.

Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya. Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go international dan sejenisnya itu.
Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan, gw rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah di jepang. Dan gw bersyukur ada di sini, saat ini.

Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, dimall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya joanna atau di mana pun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga. Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu.

(Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang).

Tuesday, March 22, 2011

Menggalau Soal Pekerjaan

Nggak terasa udah 1 tahun 4 bulan aku bekerja di kantorku sekarang. Kantor yang sudah mengakomodasi mimpi-mimpiku. Puas aku rasanya.

Tapi di sisi lain muncul tantangan untuk mencapai yang lebih tinggi lagi. Bukan soal bahagia dan kecewa di tempat kerja, tapi lebih ke soal tantangan. Entah bagaimana akhir-akhir ini aku ngerasa tantangannya sudah habis. Sudah mulai masuk comfort zone. Aku bukan tipe orang yang nyaman dengan situasi bergejolak, tapi entah aku pengen ngerasa perlu suatu ledakan or something else yang bisa bikin lebih fresh. Atau mungkin karena di kantor nggak ada teman sharing braindstorming ide-ide gila seperti dulu? Entahlah, tiba-tiba galau aja...

Btw, kalaupun meloncat, loncatannya harus jauuuh lebih tinggi dari yang kemarin. Tapi itu tidak sekarang.

Sent from Samsung C6625 Valencia Smartphone

Sunday, March 20, 2011

Ternyata Beli Rumah Itu Mudah...


Seminggu yang lalu, aku tercengang melihat sebuah brosur perumahan. Bukannya kenapa, ternyata dengan gajiku sekarang bukan nggak mungkin aku membeli sebuah rumah bahkan tipe 45 sekalipun. Sesaat setelah membaca detilnya, aku langsung memutuskan untuk pergi ke pameran perumahan yang ada di salah satu mall di Sidoarjo.

Muter muter muter, akhirnya berhentilah aku di sebuah perumahan yang lokasinya masih sekitar tengah kota. Kira-kira cuman radius 1 km dari alun-alun Sidoarjo. Harga yang ditawarkan juga menurutku standar. Err.. ini artinya cicilannya masih bisa dijangkau dengan gajiku. Ngobrol ngalor-ngidul sama marketingnya, aku jadi berpikir, kenapa nggak kuambil aja ya rumah ini. Tapi masalahnya adalah, aku nggak punya cukup tabungan untuk membayar uang mukanya. Eh, tiba-tiba si marketing menawarkan solusi tanpa uang muka. Nanti uang mukanya itu akan ditambahkan dalam cicilan. Belum melihat langsung lokasi rumahnya aja aku udah tertarik setengah mati.

Sepulangnya ke rumah langsung aku mengkalkulasi biaya ini-itu, dan hasilnya adalah... Kalau pake uang muka, masih cukup gajinya, tapi kalau tanpa uang muka, asih ada sisa gaji, tapi mepet.. hiks... Tampaknya rencana beli rumah masih harus dipending dulu. Rasanya aku nggak berani kalau punya rumah tapi operasional kehidupan sehari-hari berantakan gara-gara gak punya uang. Yah, mungkin tahun ini belum waktunya, mungkin tahun depan tabungan ini udah cukup untuk melanjutkan cita-cita yang tertunda ini. Yeah, beli rumah itu mudah kok, asal uangnya cukup :p

Saturday, March 19, 2011

How to be Gaul

1. BlackBerry
Munculnya BlackBerry (BB) bisa dibilang salah satu penanda generasi gaul terkini. Walaupun sebenarnya BB itu adalah gadget untuk bisnis, anak-anak muda Indonesia keblinger dengan menempatkan BB sebagai alat untuk gaul, bukan bisnis. Lihat saja, sekarang berapa banyak orang yang pakai BB memanfaatkan fasilitas push emailnya? Atau browsing internet lewat BB selain untuk Facebook dan Twitter? Jadi inget ada teman kantor yang mengeluh,
“Aduh internetnya kantor ini lambat banget seh?”
“Lu kan punya BB? Emangnya gak bisa buat browsing?”
“Bisa sih, tapi kan kecil”


2. Sepeda Fixie
Sepeda dengan ban warna-warni yang aslinya digunakan pengantar pos atau paket di New York ini sekarang bisa jadi salah satu alat wajib agar bisa dibilang gaul. Walaupun ‘gear mati’ alias Fixed Gear alias tidal free wheel-nya ini kadang menyulitkan dan harganya juga nggak murah, tapi anak muda sekarang tidak gentar untuk menaikinya dan bangga jika mereka mancal sepeda lalu mejeng di taman kota bareng teman-teman gaulnya. Ada obrolan teman kantor beberapa waktu lalu,
“eh akhirnya fixieku jadi tapi ternyata susah yo pakainya, takut aku pakai di jalan”
Ngoookkk.....

3. Kamera DSLR
Sekarang rasanya nggak zaman lagi jalan-jalan sambil ngantongin kamera buat foto-fotoan sama teman. Zaman sekarang lebih keren nyangklong kamera DSLR. Walaupun bisanya cuman jeprat-jepret pake Auto Mode, yang penting keren. Rasanya percakapan kayak dibawah ini akan menjadi hal yang umum.
Cewek-cewek : “Ayo ayo fotoin kita dong. Jangan pake blitz ya, ntar mukaku kelihatan berminyak”
Si Empunya DSLR :“Nggak bisa, ini kalau gelap, blitznya nyala sendiri”

4. Sepatu Macbeth

Sepatu yang harganya nggak murah ini seakan jadi kebutuhan primer anak zaman sekarang. Pakai sepatu dengan logo M ini sepertinya meningkatkan status pemakainya. Aku sendiri nggak tau apa enaknya sepatu ini. Yang jelas kalau jalan-jalan ke tempat gaul banyak banget yang pake sepatu ini. Kalau pengen gaul dan Macbeth terlalu mahal, “Beli Macbeth di Praban aja, murah lho di situ”





5. Behel
Behel ini sebenarnya salah satu terapi kesehatan untuk merapikan gigi. Tapi kalau aku sih bilangnya zaman sekarang fungsi behel seperti disalahgunakan. Walaupun mahal, sakit, susah makan enak dan susah perawatannya, makin susah mingkem karena behel yang warna-warni sepertinya adalah salah satu dresscode anak gaul zaman sekarang. Mungkin percakapan seperti ini bisa ditemui disekitar kita,
“Enak lho rendangnya, kok gak dimakan?Kan biasanya kamu suka rendang?”
“Ini lho sariawan gara-gara pasang behel, biar kayak artis-artis itu”

Jadi untuk bisa disebut gaul, setidaknya kita harus menyediakan dana sekitarRp 15 juta. Cukup mahal kalau hanya untuk gaya. Err... tulisan ini dibuat bukan karena iri atau apa, tapi prihatin sama anak-anak ABG zaman sekarang. Whateverlah, duit-duit mereka sendiri ini :p

Sunday, February 20, 2011

Apakah Aku Akan Ke Bioskop Lagi?

Sore ini seperti layaknya hari Minggu biasa di Surabaya, aku dan Sabo pergi berkencan. Dan setelah menuntaskan janji bertemu teman lama di Delta, kami sepakat nyeberang ke Grand City. Tujuannya satu, Nonton. Mengingat kebijakan pemerintah bla bla bla soal pajak yang berakibat buruk bagi film impor, makanya waktu masuk ke XXI tadi aku sengaja lebih memperhatikan para pegawai XXI. Aku cuman ngebayangin kalau suatu saat film impor bener-bener nggak beredar di Indonesia. Kasian mereka, nggak punya kerjaan cuman gara-gara peraturan konyol itu. Sedih lho ngerasain hidup di status quo. Penuh ketidakpastian. Ini yang nggak dialami dan dirasakan para pengambil keputusan.


Aku sih masih berharap kebijakan ini masih bisa ditinjau lagi. Kalau enggak, berarti ya film yang aku tonton hari ini mungkin bakal jadi film impor terakhir yang aku tonton di bioskop. Bayangkan betapa galaunya hari Minggu tanpa bioskop dan jalan ke mall tanpa bioskop. Walaupun sering ketiduran waktu nonton, bagaimanapun, nonton di bioskop itu lebih terasa emosi filmnya daripada lewat DVD bajakan. Jadi apakah aku akan ke bioskop lagi? Menunggu kebijakan para pembuat keputusan soal pajak-pajak konyol ini. Semoga ada jalan keluar.

*pas ini ditulis muncul running text di Metro TV bahwa Menko Perekonomian meminta peninjauan ulang penerapan pajak film.

Negara Lelucon

  1. Presiden yang plinplan
  2. DPR yang kekanak-kanakan
  3. Korupsi yang merajalela dan dilindungi
  4. Penegak hukum melindungi yang bayar
  5. Tahanan bisa nonton tenis dan jalan-jalan ke luar negeri
  6. Kekerasan atas nama agama
  7. Golongan anarkis dipelihara
  8. Banyak orang miskin tapi penjualan barang mewah tetap tinggi
  9. Pajak film impor terlalu tinggi, akibatnya nggak ada film impor
  10. Sepakbola dipimpin mantan narapidana dan korup
  11. Sinetron terpanjang di dunia
  12. Listrik yang suka mati sesuka hatinya
  13. ...... apalagi coba?

Saturday, February 19, 2011

Selamat Datang Zaman Kegelapan

Per tanggal 17 Februari 2011 kemarin Indonesia ternyata telah memasuki salah satu era kegelapan. Pemerintah melalui Dirjen Pajak dan Bea Cukai yang menetapkan pemberlakuan bea masuk hak edar distribusi sehingga akibatnya pihak importir film melalui Motion Pictures Assosiation (MPA) memboikot peraturan tersebut dengan cara menarik semua hak edar film-film Hollywood, bahkan film Bollywood sekalipun.

Aku sedih juga dengar berita ini. Pemerintah ini kok ya cik nemene to ya kalo cari pendapatan. Padahal pendapatannya itu nanti juga masih dikorupsi. Parah...

Mari kita pikirkan multiplier effectnya dari kebijakan konyol ini. Pertama, masyarakat Indonesia akan kehilangan hiburan, dan akan dicekoki terus menerus dengan berita-berita sampah seperti korupsi, kerusuhan, agama menyimpang, kekerasan SARA, gosip artis yang nggak jelas dan masih banyak lagi. Terus sekarang hiburannya apa? Konser dangdut erotis? Film Indonesia horor dan porno? Video porno artis terkenal?

Okelah, ada yang bilang kebijakan ini akan mendorong tumbuhnya perfilman nasional. Mari berpikir lagi. Kira-kira film nasional seperti apa yang akan tumbuh? Yang seperti Laskar Pelangi, atau yang seperti Hantu Jamu Gendong something itu? Kalau menurutku sih pilihan kedua akan lebih banyak tayang di bioskop karena costnya murah dan menjanjikan keuntungan yang besar. Karena film-filnya nggak mutu, akhirnya penonton malas ke bioskop, bioskop gulung tikar, semua pegawai bioskop dipecat, pengangguran bertambah, kemiskinan bertambah, kalau kemiskinan bertambah biasanya kriminalisme bertambah, daerah kehilangan pendapatan dari pajak tontonan dan hiburan, orang-orang pada beli bajakan, bajakan merajalela, dan lagi-lagi akhirnya pemerintah juga yang dirugikan karena pembajakan. Err.... satu lagi, kalau bioskop gulung tikar, film nasional mau diputer dimana? Nah lho...

Kenapa sih pejabat itu nggak mau memikirkan efek dominonya seperti itu? Mereka maunya shortcut. Dan lagi-lagi masyarakatlah yang dikorbankan. Btw, budget nonton bisa ditabung untuk beli home theater baru dan beli DVD bajakan.

Selamat datang zaman kegelapan, pembajak, dan pengangguran.

PS:
Tulisan ini dibikin dengan pemikiran singkat aja.

Friday, February 18, 2011

Karya Saya Dibajak, atau...?

Beberapa waktu yang lalu aku, rekan di design dept. pabrik, dan rekan di branding dept. headquarter diberi tugas untuk membuat beberapa alternatif desain yang akan diaplikasikan pada produk 3 produk yang nantinya dipasarkan di Jepang. Which is produk itu adalah bikinan pabrik tempatku bekerja. Dari sekian banyak desain itu nanti akan ditentukan oleh si orang Jepangnya, mana yang akan dipakai dia. Ternyata karyaku nggak terpakai. Aku sih cuek aja, biasalah kalah dalam kompetisi, lagi pula desain yang tak terpakai itu nantinya bisa aku develop lagi untuk produk lain suatu hari nanti.

Ketenanganku berubah jadi gundah gulana ketika pagi tadi Regional Manager Jepang & Far East bilang kalau si orang Jepangnya itu minta desainku dipakai di produk lain yang notabene bikinan sister mill dimana dia juga punya order di situ (FYI, aku bekerja di salah satu perusahaan jaringan pabrik pembuat kertas terbesar di dunia). Tapi, ada tapinya nih, desainku akan dipakai, tapi namanya diganti brand bikinan sister mill. Nggak tanggung-tanggung, bukan cuma 1 sister mill yang pakai, tapi 2.

Awalnya aku sudah bilang ke Regional Managernya, bahwa aku nggak mau. Desainku ini dedicated untuk pabrik kita, bukan mill lain. Dan tampaknya Si Regional Manager sudah menyampaikan hal itu ke Si Jepang. Tapi pihak Jepang rasanya ngeyel, dia minta izin ke Bos Sangat Besar yang membawahi pabrikku dan sister-sisternya. Pak Bos Sangat Besar malah menyerahkan urusan ini ke Bos yang membawahi pabrikku. Nah Bos yang membawahi pabrikku ini memperbolehkan 1 desain saja. Rupanya pak Bos nggak ngerti kalau si Jepang itu maksudnya memakai desainku ini untuk produk dengan brand lain. Tahunya dia desain itu ya plek langsung dipakai sister mill tanpa diubah-ubah lagi. Padahal kondisinya sekarang si Jepang udah minta file Illustrator desainku untuk diubah diganti nama brand milik sister mill.

Ada yang bilang, seharusnya aku bangga karena karyaku dipakai mill lain dan go international. Tapi aku bilang tidak, karena aku merasa ini dicuri atau dibajak. Sebentar, kalau menurut teman-teman, apakah ini tergolong pembajakan? Secara aku bikin desain atas nama brand A & B tapi dipakai untuk produk lain yang namanya C & D tanpa aku dilibatkan dalam proses perubahannya. Selain itu posisiku kan desainer pabrik tempatku bekerja yang memproduksi brand A & B, kalau yang lain kan seharusnya urusan pabrik yang bersangkutan dan headquarter, bukan main comot begini aja. Untung ini file master Illustratornya masih di laptopku dan aku pengen menahan file ini dulu sampai aku dapat kejelasan soal ini. Sejujurnya sedih dan kecewa itu ada kalau hasil karya dicuri seperti ini.

Jadi apa yang harus kulakukan berikutnya ini?

Monday, January 10, 2011

Emot Plurk Baru

Berikut adalah code emoticon Plurk yang baru dan nggilani

`fuu`
`gfuu` `yay` `gyay``troll` `gtroll` `bah``gbah`

Agak males pakenya... krikruk...

Saturday, January 8, 2011

Korban Persaingan Bus

Kemarin waktu pulang kantor ada kejadian yang lucu-lucu megelno. Begitu bel bunyi, seperti biasa langsunglah karyawan pabrik kerta berhamburan keluar. Pertamanya aku jalan santai aja, pas di jembatan penyeberangan datanglah bis Restu "panda", AC tarip biasa dengan bus bermesin Hino karoseri Adi Putro yang terkenal nyaman haucek sing cing ping.

Nggak menyia-nyiakan kesempatan, aku langsung lari menerobos gerombolan ibu-ibu yang berjalan lambat sambil bergosip di jembatan penyeberangan. Begitu sampai di bawah, eeehhh lha kok bisnya sudah jalan. Otomatis langsung kuteriakin, "hoi hoi hoi..."

Dasar bis ya.. kalo denger teriakan mesti berhenti. Pintu depan dibuka, lalu masuklah aku. Jreenngg.. tampaknya sudah penuh sodara-sodara. Sudah pada berdiri. Aku udah pasrah aja, kalopun berdiri ya gak apa-apa wong bisnya AC gini.

Lhaaaa... kok tiba-tiba terdengar sopirnya ngoceh "iku mudun-mudun, biasane numpak Akas ngono kok saiki numpak Restu. Hayo mudun!!"
Asyeeemmm... akhirnya aku sama 2 orang temenku yang memang langganan Akas hanya bisa turun sambil misuh-misuh.

Mungkin bapak sopirnya dendam sama kita-kita ini. Soalnya dulu waktu belum ada Akas jurusan Ponorogo yang berangkat jam 7.58 kita ini naiknya ya Restu. Mulai dari bisnya belum AC sampai ganti armada jadi AC semua. Sampai akhirnya beberapa bulan kemarin muncullah bis Akas yang fasilitasnya sama AC tarif biasa.
Bisnya juga sama-sama bermesin Hino tapi karoserinya buatan New Armada yang sebenarnya kalah enak dibanding karoseri Restu buatan Adi Putro. Tapi masalah bisnya enak atau nggak enak itu nomor dua, yang penting buat orang-orang seperti kita-kita ini adalah ketepatan dan kecepatan.

Sebenarnya Restu berangkat lebih cepat, jam 7.58 dan Akas ada di belakangnya jam 7.02. Tapi kenyataannya yang terjadi adalah. Saat Restu berangkat jam 7.58, Akas ini ikutan berangkat juga. Jadi bareng berangkatnya. Kalaupun nggak bareng, paling selisihnya 1-2 menit aja. Akibatnya di jalan jadi kebut-kebutan balapan. Disinilah Restu selalu kalah. Nggak tau kenapa walaupun sama-sama mesinnya, tapi Restu itu bisnya seperti nggak bisa lari. Alhasil, Akas selalu sampai di Pabrik 3-5 menit lebih cepat dari Restu.

Aku dan beberapa teman yang dulu langganan Restu akhirnya diam-diam pindah bis. Bahkan kita-kita ini rela naik dari line 2 biar gak ketinggalan. Tentu saja pindahnya sembunyi-sembunyi, soalnya kalo ketahuan kru bisnya Restu pasti diteriakin atau disindir-sindir hehehe... Malu bo' :p Mungkin gara-gara itu ya si Pak Sopirnya Restu kemarin ngambek nggak mau bisnya dinaikin kita-kita hahaha...

Saturday, January 1, 2011

2010, A Review

Alhamdulilah 2010 sudah lewat. Cepet banget sih tahun ini lewatnya. Nggak terasa sama sekali. Banyak yang sudah terjadi setahunan ini. Yuk mari direview biar bisa jadi pijakan yang baik buat tahun 2011.

Pekerjaan
Setelah sukses bikin sebuah loncatan tahun lalu, tahun ini alhamdulilah sukses di pekerjaan masih ngikut. Sejak project gimmick boneka E-Series, alhamdulilah dipercaya bikin segala bentuk project promotional gimmick. Dan nggak tanggung-tanggung, kelasnya sudah bukan lagi buat pasar domestik, tapi internasional.

Sampai suatu ketika di bulan Agustus, datang sebuah project yang sangat menantang dan belum pernah kulakukan sebelumnya. Mendesain wrapper packaging sebuah brand low-end, yang awalnya hanya dimaksudkan untuk mengurangi market share kompetitor utama. Project yang dinamai AONE ini berhasil aku selesaikan dalam waktu setengah hari dan besoknya langsung dipresentasikan ke hadapan President, Vice President, dan petinggi lain-lainnya. Itulah untuk pertama kalinya pula, aku ikut di meeting kelas berat. Tanpa banyak cingcong, desainku langsung diterima, dan alhamdulilah desain itu kayaknya membawa berkah, karena AONE sekarang jadi salah satu brand penting untuk kelangsungan hidup pabrik. Kayaknya selain membawa berkah buat pabrik, brand ini juga bawa berkah buat aku. Alhamdulilah sejak brand ini resmi membanjiri pasaran Afrika & Middle East, pundi-pundi rupiah juga mulai sedikit-demi sedikit membanjiri rekeningku hehehe. Yeah, menjalani pekerjaan ini seperti menjalani mimpi masa kecilku dan yang paling bikin bangga adalah karyaku sekarang bisa dilihat orang di berbagai negara.

Keuangan
Alhamdulilah ada peningkatan pendapatan setelah selesai AONE project. Apalagi setelah resmi jadi pegawai tetap Tjiwi Kimia bulan November kemarin. Nah, sekarang kayaknya waktunya menabung yang banyak buat beli rumah dan menikahi Sabo hehehe... Oiya, tahun ini aku berhasil beli kamera lhooooooo... walaupun nyicil tapi alhamdulilah udah punya DSLR.

Keluarga
Setelah perjuangan berat di awal tahun, akhirnya keluargaku kembali seperti semula. Lega rasanya. Senang. Walaupun sebenarnya masih susah menerima kesalahan yang dibuatnya yang membuat keluarga ini nyaris nggak karuan.

Cinta
Nggak ada yang bisa kutulis lagi selain: aku bersyukur punya Sabo. Dan aku sangat mencintainya. Semoga segera bisa melamarnya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Harapan
Well, harapan di pekerjaan tahun 2011 ini nggak terlalu banyak. Cuman berharap untuk selalu diberi ide dan keberuntungan untuk bikin karya-karya baru, cinta yang langgeng, jalan yang mudah untuk menabung dan membeli rumah. Semoga tahun ini bisa terwujud. Amin...