Pages

Saturday, July 23, 2011

Jazz Gunung

Akhirnya baru sempat juga nulis soal Jazz Gunung ini. Jadi ceritanya tanggal 9 Juli kemarin aku dan kekasihku dapat kesempatan langka untuk bisa nonton salah satu event musik yang kuidam-idamkan pengen kutonton sejak 2 tahun lalu, Jazz Gunung. Pagelaran musik jazz dengan nuansa yang unik. Kenapa unik, karena diadakan di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Tepatnya di kompleks hotel Java Banana Bromo.


Stagenya yang menyatu dengan alam, ditambah dengan udara dingin menggigil rasanya memberikan sensasi yang berbeda untuk sebuah konser musik di iklim tropis seperti di Indonesia sini. Bayangin aja, hampir separuh konser badan menggigil kedinginan (karena jaket yang kurang tebel), dan umbel yang mbeler nyaris tidak dirasakan karena saking asyiknya bergoyang mendengarkan lagu-lagu jazzy dari Kelompok Perkusi Keramat Madura, Tohpati Ethnomission, Kua Etnika, Trie Utami, Maya Hasan, dan Glenn Fredly.


Pertunjukan diawali dengan penampilan Kelompok Perkusi Keramat Madura. Menurut ceritanya, mereka adalah sekelompok pemuda dari Madura yang pada saat terjadi krisis listrik beberapa tahun lalu secara kreatif membentuk grup perkusi ini dengan peralatan yang seadanya. Hampir semua yang digunakan adalah alat bekas. Bahkan mereka bilang kalau drum yang digunakan itu sebenarnya adalah bekas tempat ikan. Tapi jangan sekali-sekali meremehkan, mereka tampil bagaikan maestro perkusi jazz papan atas. Dan walaupun kita semua yang mendengarkan nggak tau apa arti lagunya, tetap saja asik dan nggak bosan mendengarkan. Lagu-lagu yang mereka mainkan semuanya bertempo cepat dan khas Madura, karena bahasanya bahasa Madura. Tapi bunyi-bunyian alat musik tiupnya seolah-olah memberikan kesan modern sekaligus nuansa ceria di dalam musiknya. Dan show mereka berakhir dengan standing ovation buat Kelompok Perkusi Keramat Madura.


Tohpati Ethnomission melanjutkan suasana seru ini dengan penampilan yang memukau. Beberapa lagunya yang jujur saja aku nggak ngerti, seperti membius ratusan penonton yang hadir. Tohpati memainkan beberapa lagu sampai matahari terbenam, seperti Janggiran, Budaya Ketawang, dan Perang Tanding. Lagu yang terakhir ini mengejutkan penonton dengan adanya perang tanding antara drum versus gendang dan seruling versus gitar.


Ketika hari sudah semakin gelap, Jamaah Al Jazziah (begitu Butet menyebut penonton) makin dimanjakan oleh Djaduk dan Kua Etnika-nya yang menampilkan Trie Utami dan Maya Hasan (harpa). Dari sekian banyak lagu yang dinyanyiin mereka, satu yang nyantol di otakku. Raising Sun judulnya. Lagu hasil kolaborasi Kua Etnika dan Maya Hasan ini menurut Djaduk bercerita tentang keindahan sunrise di gunung Bromo.

Dan puncaknya adalah... Glen Fredlyyyyyy!!!!!


Malam itu Glenn tampil beda dengan menyanyikan lagu-lagu bertemakan cinta yang berirama riang. Jangan harap ada lagu-lagu sedih muncul. Yang ada seperti Kala Cinta Menggoda-nya Chrisye, Timur, You're My Everything, Cukup Sudah, Kisah Romantis dan beberapa lagi. Tidak lupa Glenn menyisipkan pesan doa untuk Utha Likumahua yang sedang sakit dengan menyanyikan lagu Esok Kan Masih ada. Dan konser malam itupun ditutup dengan penampilan jam session dari semua artis yang tampil.

That night was great!! Jazz dan Bromo adalah perpaduan yang asik untuk menikmati musik. Semoga tahun depan masih ada dan masih berkesempatan untuk menonton dengan kondisi yang lebih manusiawi. Karena malam itu kami harus menginap di mobil untuk menunggu matahari terbit dan kembali ke Surabaya.

No comments: