Pages

Sunday, February 20, 2011

Apakah Aku Akan Ke Bioskop Lagi?

Sore ini seperti layaknya hari Minggu biasa di Surabaya, aku dan Sabo pergi berkencan. Dan setelah menuntaskan janji bertemu teman lama di Delta, kami sepakat nyeberang ke Grand City. Tujuannya satu, Nonton. Mengingat kebijakan pemerintah bla bla bla soal pajak yang berakibat buruk bagi film impor, makanya waktu masuk ke XXI tadi aku sengaja lebih memperhatikan para pegawai XXI. Aku cuman ngebayangin kalau suatu saat film impor bener-bener nggak beredar di Indonesia. Kasian mereka, nggak punya kerjaan cuman gara-gara peraturan konyol itu. Sedih lho ngerasain hidup di status quo. Penuh ketidakpastian. Ini yang nggak dialami dan dirasakan para pengambil keputusan.


Aku sih masih berharap kebijakan ini masih bisa ditinjau lagi. Kalau enggak, berarti ya film yang aku tonton hari ini mungkin bakal jadi film impor terakhir yang aku tonton di bioskop. Bayangkan betapa galaunya hari Minggu tanpa bioskop dan jalan ke mall tanpa bioskop. Walaupun sering ketiduran waktu nonton, bagaimanapun, nonton di bioskop itu lebih terasa emosi filmnya daripada lewat DVD bajakan. Jadi apakah aku akan ke bioskop lagi? Menunggu kebijakan para pembuat keputusan soal pajak-pajak konyol ini. Semoga ada jalan keluar.

*pas ini ditulis muncul running text di Metro TV bahwa Menko Perekonomian meminta peninjauan ulang penerapan pajak film.

Negara Lelucon

  1. Presiden yang plinplan
  2. DPR yang kekanak-kanakan
  3. Korupsi yang merajalela dan dilindungi
  4. Penegak hukum melindungi yang bayar
  5. Tahanan bisa nonton tenis dan jalan-jalan ke luar negeri
  6. Kekerasan atas nama agama
  7. Golongan anarkis dipelihara
  8. Banyak orang miskin tapi penjualan barang mewah tetap tinggi
  9. Pajak film impor terlalu tinggi, akibatnya nggak ada film impor
  10. Sepakbola dipimpin mantan narapidana dan korup
  11. Sinetron terpanjang di dunia
  12. Listrik yang suka mati sesuka hatinya
  13. ...... apalagi coba?

Saturday, February 19, 2011

Selamat Datang Zaman Kegelapan

Per tanggal 17 Februari 2011 kemarin Indonesia ternyata telah memasuki salah satu era kegelapan. Pemerintah melalui Dirjen Pajak dan Bea Cukai yang menetapkan pemberlakuan bea masuk hak edar distribusi sehingga akibatnya pihak importir film melalui Motion Pictures Assosiation (MPA) memboikot peraturan tersebut dengan cara menarik semua hak edar film-film Hollywood, bahkan film Bollywood sekalipun.

Aku sedih juga dengar berita ini. Pemerintah ini kok ya cik nemene to ya kalo cari pendapatan. Padahal pendapatannya itu nanti juga masih dikorupsi. Parah...

Mari kita pikirkan multiplier effectnya dari kebijakan konyol ini. Pertama, masyarakat Indonesia akan kehilangan hiburan, dan akan dicekoki terus menerus dengan berita-berita sampah seperti korupsi, kerusuhan, agama menyimpang, kekerasan SARA, gosip artis yang nggak jelas dan masih banyak lagi. Terus sekarang hiburannya apa? Konser dangdut erotis? Film Indonesia horor dan porno? Video porno artis terkenal?

Okelah, ada yang bilang kebijakan ini akan mendorong tumbuhnya perfilman nasional. Mari berpikir lagi. Kira-kira film nasional seperti apa yang akan tumbuh? Yang seperti Laskar Pelangi, atau yang seperti Hantu Jamu Gendong something itu? Kalau menurutku sih pilihan kedua akan lebih banyak tayang di bioskop karena costnya murah dan menjanjikan keuntungan yang besar. Karena film-filnya nggak mutu, akhirnya penonton malas ke bioskop, bioskop gulung tikar, semua pegawai bioskop dipecat, pengangguran bertambah, kemiskinan bertambah, kalau kemiskinan bertambah biasanya kriminalisme bertambah, daerah kehilangan pendapatan dari pajak tontonan dan hiburan, orang-orang pada beli bajakan, bajakan merajalela, dan lagi-lagi akhirnya pemerintah juga yang dirugikan karena pembajakan. Err.... satu lagi, kalau bioskop gulung tikar, film nasional mau diputer dimana? Nah lho...

Kenapa sih pejabat itu nggak mau memikirkan efek dominonya seperti itu? Mereka maunya shortcut. Dan lagi-lagi masyarakatlah yang dikorbankan. Btw, budget nonton bisa ditabung untuk beli home theater baru dan beli DVD bajakan.

Selamat datang zaman kegelapan, pembajak, dan pengangguran.

PS:
Tulisan ini dibikin dengan pemikiran singkat aja.

Friday, February 18, 2011

Karya Saya Dibajak, atau...?

Beberapa waktu yang lalu aku, rekan di design dept. pabrik, dan rekan di branding dept. headquarter diberi tugas untuk membuat beberapa alternatif desain yang akan diaplikasikan pada produk 3 produk yang nantinya dipasarkan di Jepang. Which is produk itu adalah bikinan pabrik tempatku bekerja. Dari sekian banyak desain itu nanti akan ditentukan oleh si orang Jepangnya, mana yang akan dipakai dia. Ternyata karyaku nggak terpakai. Aku sih cuek aja, biasalah kalah dalam kompetisi, lagi pula desain yang tak terpakai itu nantinya bisa aku develop lagi untuk produk lain suatu hari nanti.

Ketenanganku berubah jadi gundah gulana ketika pagi tadi Regional Manager Jepang & Far East bilang kalau si orang Jepangnya itu minta desainku dipakai di produk lain yang notabene bikinan sister mill dimana dia juga punya order di situ (FYI, aku bekerja di salah satu perusahaan jaringan pabrik pembuat kertas terbesar di dunia). Tapi, ada tapinya nih, desainku akan dipakai, tapi namanya diganti brand bikinan sister mill. Nggak tanggung-tanggung, bukan cuma 1 sister mill yang pakai, tapi 2.

Awalnya aku sudah bilang ke Regional Managernya, bahwa aku nggak mau. Desainku ini dedicated untuk pabrik kita, bukan mill lain. Dan tampaknya Si Regional Manager sudah menyampaikan hal itu ke Si Jepang. Tapi pihak Jepang rasanya ngeyel, dia minta izin ke Bos Sangat Besar yang membawahi pabrikku dan sister-sisternya. Pak Bos Sangat Besar malah menyerahkan urusan ini ke Bos yang membawahi pabrikku. Nah Bos yang membawahi pabrikku ini memperbolehkan 1 desain saja. Rupanya pak Bos nggak ngerti kalau si Jepang itu maksudnya memakai desainku ini untuk produk dengan brand lain. Tahunya dia desain itu ya plek langsung dipakai sister mill tanpa diubah-ubah lagi. Padahal kondisinya sekarang si Jepang udah minta file Illustrator desainku untuk diubah diganti nama brand milik sister mill.

Ada yang bilang, seharusnya aku bangga karena karyaku dipakai mill lain dan go international. Tapi aku bilang tidak, karena aku merasa ini dicuri atau dibajak. Sebentar, kalau menurut teman-teman, apakah ini tergolong pembajakan? Secara aku bikin desain atas nama brand A & B tapi dipakai untuk produk lain yang namanya C & D tanpa aku dilibatkan dalam proses perubahannya. Selain itu posisiku kan desainer pabrik tempatku bekerja yang memproduksi brand A & B, kalau yang lain kan seharusnya urusan pabrik yang bersangkutan dan headquarter, bukan main comot begini aja. Untung ini file master Illustratornya masih di laptopku dan aku pengen menahan file ini dulu sampai aku dapat kejelasan soal ini. Sejujurnya sedih dan kecewa itu ada kalau hasil karya dicuri seperti ini.

Jadi apa yang harus kulakukan berikutnya ini?