Pages

Friday, March 25, 2011

Taktik Naik Bus

Setelah 1 tahun lebih naik bus luar kota ke kantor setiap hari kecuali Minggu, akhhirnya aku bisa nemu taktik jitu dapetin bus yang enak, nyaman dan cepat dengan tarif reguler. Begini taktiknya kalau berangkatnya dari Surabaya:
1. Datang lebih awal ke terminal
Kalau memang belum hafal jam-jamnya bus berangkat, rasanya datang lebih awal memang lebih menguntungkan daripada mepet dan terburu-buru. Karena apa, dengan datang lebih awal kita bisa melihat situasi dan kondisi terminal. Kalau memungkinkan, hindari berangkat dari terminal malam hari. Selain rawan kejahatan, jumlah bus di atas jam 8 malam susah sangat sediki

2. Jangan Ragu Menunggu
Misalnya bus yang di line paling depan itu tampilan fisiknya jelek, atau perusahaan otobusnya kurang bonafid, skip aja. Tunggu bus belakangnya. Misalnya mau ke Madiun, langkah pertama lihat jurusan Ponorogo (Line 3), kalau disitu ada Bus Restu bergambar panda (Restu Panda), naiklah. Tapi kalau jelek, skip, lihat bus dibelakangnya, kalau POnya Restu Panda, Mandala AC, atau Akas AC lebih baik tunggulah sampai bus kedua itu maju ke urutan pertama.

3. Cari Jurusan Alternatif
Kalau misalnya bus yang kita tuju selalu penuh, cari rute alternatif. Satu kota tidak hanya dilewati satu trayek bus. Misalnya, kalau mau ke Kediri. Ada beberapa trayek yang bisa dinaiki untuk sampai ke sana. Pertama langsung naik bus jurusan Kediri. Kedua, naik bus jurusan Madiun/Ponorogo/Solo/Jogja tapi turun di pertigaan Bra'an terus ganti bus jurusan Kediri yang pasti sudah lebih sepi karena banyak penumpang yang turun di Mojokerto dan Jombang. Kalau masih berdiri juga ya nasibmu :p

4. Berpikir Efisien
Beberapa jurusan memang tersedia bus Patas. Memang harganya 2 kali lipat lebih mahal, tapi kadang sampai tujuan juga nggak selalu ontime. Makanya, untuk beberapa jurusan seperti Malang, Madiun, Ponorogo, Solo dan Jogja, jangan sungkan-sungkan untuk naik bus AC Tarif Biasa (ATB). Lebih murah, tapi konsekuensinya di bus ATB pengamen dan asongan lebih leluasa berkeliaran.

5. Don't Judge The Bus By It's Body
Bus dengan bodi bagus belum tentu nyaman. Tapi bus yang jelek belum tentu nggak enak. Menurut pengalamanku, hindari naik bus seperti Jaya, Neo, Pelita Indah, Dana Dhasih, Cendana, dan Indrapura. Bus-bus ini dari luar bodinya terlihat bagus, tapi kebanyakan ACnya nggak dingin (cuma keluar angin doang) dan hati-hati, kadang beberapa bus itu narik tarifnya kelebihan. Bus yang bodinya paling bagus menurutku adalah Restu Panda, tapi hati-hati kalau naik itu, karena semua orang tahu itu bus yang nyaman, makanya semua masuk. Alhasil, Restu Panda jadi nggak nyaman karena hampir selalu penuh untuk jam keberangkatan pagi dan sore.

6. No Threesome
Maksudnya, pilih tempat duduk yang buat dua orang, hindari tempat duduk yang buat tiga orang, karena walaupun kelihatan lebih luas, tapi kalau diisi penuh 3 orang akan lebih sempit.

7. Posisi Menentukan Prestasi
Kalau masih bisa memilih tempat duduk, selain pilih yang buat 2 orang, hindari memilih tempat duduk di depan sendiri dan baris setelahnya. Ngeri. Selain itu hindari pula tempat duduk belakang nomor 1 atau 2 setelah pintu. Karena biasanya itu pas di atas roda, goncangannya terasa banget. Kecuali untuk yang sudah terbiasa.

8. Biar Bediri Asal AC
Kalau bepergian pas high season seperti lebaran, tips-tips di atas sudah hampir nggak ada gunanya lagi. Tapi yang perlu diingat adalah, lebih baik berdiri naik bus AC daripada bus non AC.

That's all, semoga bermanfaat. Have a nice bus trip :)

Thursday, March 24, 2011

Yang Harus Ditiru Indonesia

Ini dapat kiriman forwardan email dari temenku. Aku rasa, beginilah seharusnya mental yang ditanamkan dalam setiap warga negara Indonesia

--------------------------------------------------
Say YES to GAMBARU!
by Rouli Esther Pasaribu on Monday, March 14, 2011 at 10:02am

Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan.
Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi).

Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.

Gam baru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja.
Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan)

Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu" (maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).

Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti, kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya.
Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar ngga manja terhadap cuaca dingin, didalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri.

Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!). Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must!

Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di Jepang bagian timur.

Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di Jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia.

Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik kebingungan karena bencana ini.
Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain. Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan.
Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.

Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini?
Dari hari pertama bencana, gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV.
Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga gw tunggu2in.
Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV.
Jadi yang ada apaan dong?

Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :
1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada

2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan
tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)

3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman listrik terencana

4. Tips-tips menghadapi bencana alam

5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam

6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang terkena bencana

7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)

8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi
(government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati

9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati :
*ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian :
gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)

*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini;

Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang.
Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu.
Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.

Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya, Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang.....I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup.

Jika diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.

Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2 atau S3 mah, ya di eropa atau amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung.

Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang ini. Toh sama-sama asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa jepang, ngga akan bisa survive di sini. Sampai sempat nyesal juga,kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya.

Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya. Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go international dan sejenisnya itu.
Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan, gw rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah di jepang. Dan gw bersyukur ada di sini, saat ini.

Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, dimall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya joanna atau di mana pun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga. Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu.

(Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang).

Tuesday, March 22, 2011

Menggalau Soal Pekerjaan

Nggak terasa udah 1 tahun 4 bulan aku bekerja di kantorku sekarang. Kantor yang sudah mengakomodasi mimpi-mimpiku. Puas aku rasanya.

Tapi di sisi lain muncul tantangan untuk mencapai yang lebih tinggi lagi. Bukan soal bahagia dan kecewa di tempat kerja, tapi lebih ke soal tantangan. Entah bagaimana akhir-akhir ini aku ngerasa tantangannya sudah habis. Sudah mulai masuk comfort zone. Aku bukan tipe orang yang nyaman dengan situasi bergejolak, tapi entah aku pengen ngerasa perlu suatu ledakan or something else yang bisa bikin lebih fresh. Atau mungkin karena di kantor nggak ada teman sharing braindstorming ide-ide gila seperti dulu? Entahlah, tiba-tiba galau aja...

Btw, kalaupun meloncat, loncatannya harus jauuuh lebih tinggi dari yang kemarin. Tapi itu tidak sekarang.

Sent from Samsung C6625 Valencia Smartphone

Sunday, March 20, 2011

Ternyata Beli Rumah Itu Mudah...


Seminggu yang lalu, aku tercengang melihat sebuah brosur perumahan. Bukannya kenapa, ternyata dengan gajiku sekarang bukan nggak mungkin aku membeli sebuah rumah bahkan tipe 45 sekalipun. Sesaat setelah membaca detilnya, aku langsung memutuskan untuk pergi ke pameran perumahan yang ada di salah satu mall di Sidoarjo.

Muter muter muter, akhirnya berhentilah aku di sebuah perumahan yang lokasinya masih sekitar tengah kota. Kira-kira cuman radius 1 km dari alun-alun Sidoarjo. Harga yang ditawarkan juga menurutku standar. Err.. ini artinya cicilannya masih bisa dijangkau dengan gajiku. Ngobrol ngalor-ngidul sama marketingnya, aku jadi berpikir, kenapa nggak kuambil aja ya rumah ini. Tapi masalahnya adalah, aku nggak punya cukup tabungan untuk membayar uang mukanya. Eh, tiba-tiba si marketing menawarkan solusi tanpa uang muka. Nanti uang mukanya itu akan ditambahkan dalam cicilan. Belum melihat langsung lokasi rumahnya aja aku udah tertarik setengah mati.

Sepulangnya ke rumah langsung aku mengkalkulasi biaya ini-itu, dan hasilnya adalah... Kalau pake uang muka, masih cukup gajinya, tapi kalau tanpa uang muka, asih ada sisa gaji, tapi mepet.. hiks... Tampaknya rencana beli rumah masih harus dipending dulu. Rasanya aku nggak berani kalau punya rumah tapi operasional kehidupan sehari-hari berantakan gara-gara gak punya uang. Yah, mungkin tahun ini belum waktunya, mungkin tahun depan tabungan ini udah cukup untuk melanjutkan cita-cita yang tertunda ini. Yeah, beli rumah itu mudah kok, asal uangnya cukup :p

Saturday, March 19, 2011

How to be Gaul

1. BlackBerry
Munculnya BlackBerry (BB) bisa dibilang salah satu penanda generasi gaul terkini. Walaupun sebenarnya BB itu adalah gadget untuk bisnis, anak-anak muda Indonesia keblinger dengan menempatkan BB sebagai alat untuk gaul, bukan bisnis. Lihat saja, sekarang berapa banyak orang yang pakai BB memanfaatkan fasilitas push emailnya? Atau browsing internet lewat BB selain untuk Facebook dan Twitter? Jadi inget ada teman kantor yang mengeluh,
“Aduh internetnya kantor ini lambat banget seh?”
“Lu kan punya BB? Emangnya gak bisa buat browsing?”
“Bisa sih, tapi kan kecil”


2. Sepeda Fixie
Sepeda dengan ban warna-warni yang aslinya digunakan pengantar pos atau paket di New York ini sekarang bisa jadi salah satu alat wajib agar bisa dibilang gaul. Walaupun ‘gear mati’ alias Fixed Gear alias tidal free wheel-nya ini kadang menyulitkan dan harganya juga nggak murah, tapi anak muda sekarang tidak gentar untuk menaikinya dan bangga jika mereka mancal sepeda lalu mejeng di taman kota bareng teman-teman gaulnya. Ada obrolan teman kantor beberapa waktu lalu,
“eh akhirnya fixieku jadi tapi ternyata susah yo pakainya, takut aku pakai di jalan”
Ngoookkk.....

3. Kamera DSLR
Sekarang rasanya nggak zaman lagi jalan-jalan sambil ngantongin kamera buat foto-fotoan sama teman. Zaman sekarang lebih keren nyangklong kamera DSLR. Walaupun bisanya cuman jeprat-jepret pake Auto Mode, yang penting keren. Rasanya percakapan kayak dibawah ini akan menjadi hal yang umum.
Cewek-cewek : “Ayo ayo fotoin kita dong. Jangan pake blitz ya, ntar mukaku kelihatan berminyak”
Si Empunya DSLR :“Nggak bisa, ini kalau gelap, blitznya nyala sendiri”

4. Sepatu Macbeth

Sepatu yang harganya nggak murah ini seakan jadi kebutuhan primer anak zaman sekarang. Pakai sepatu dengan logo M ini sepertinya meningkatkan status pemakainya. Aku sendiri nggak tau apa enaknya sepatu ini. Yang jelas kalau jalan-jalan ke tempat gaul banyak banget yang pake sepatu ini. Kalau pengen gaul dan Macbeth terlalu mahal, “Beli Macbeth di Praban aja, murah lho di situ”





5. Behel
Behel ini sebenarnya salah satu terapi kesehatan untuk merapikan gigi. Tapi kalau aku sih bilangnya zaman sekarang fungsi behel seperti disalahgunakan. Walaupun mahal, sakit, susah makan enak dan susah perawatannya, makin susah mingkem karena behel yang warna-warni sepertinya adalah salah satu dresscode anak gaul zaman sekarang. Mungkin percakapan seperti ini bisa ditemui disekitar kita,
“Enak lho rendangnya, kok gak dimakan?Kan biasanya kamu suka rendang?”
“Ini lho sariawan gara-gara pasang behel, biar kayak artis-artis itu”

Jadi untuk bisa disebut gaul, setidaknya kita harus menyediakan dana sekitarRp 15 juta. Cukup mahal kalau hanya untuk gaya. Err... tulisan ini dibuat bukan karena iri atau apa, tapi prihatin sama anak-anak ABG zaman sekarang. Whateverlah, duit-duit mereka sendiri ini :p