![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKHRDOu7K8JHGzxPGp_BN6kwy0sGapBAZ2iUzlo10lk2QEtfh2U-zcipyw7Xy9d418VHkJbyp3EZKwF5HumseExh2iMjt2T35u_KXU8G_7Wtv0mSKlbXPgGLeAlNr9cxESMAt2ifTMcTQ/s320/grand+city+copy.jpg)
Sore ini seperti layaknya hari Minggu biasa di Surabaya, aku dan Sabo pergi berkencan. Dan setelah menuntaskan janji bertemu teman lama di Delta, kami sepakat nyeberang ke Grand City. Tujuannya satu, Nonton. Mengingat kebijakan pemerintah bla bla bla soal pajak yang berakibat buruk bagi film impor, makanya waktu masuk ke XXI tadi aku sengaja lebih memperhatikan para pegawai XXI. Aku cuman ngebayangin kalau suatu saat film impor bener-bener nggak beredar di Indonesia. Kasian mereka, nggak punya kerjaan cuman gara-gara peraturan konyol itu. Sedih lho ngerasain hidup di status quo. Penuh ketidakpastian. Ini yang nggak dialami dan dirasakan para pengambil keputusan.
Aku sih masih berharap kebijakan ini masih bisa ditinjau lagi. Kalau enggak, berarti ya film yang aku tonton hari ini mungkin bakal jadi film impor terakhir yang aku tonton di bioskop. Bayangkan betapa galaunya hari Minggu tanpa bioskop dan jalan ke mall tanpa bioskop. Walaupun sering ketiduran waktu nonton, bagaimanapun, nonton di bioskop itu lebih terasa emosi filmnya daripada lewat DVD bajakan. Jadi apakah aku akan ke bioskop lagi? Menunggu kebijakan para pembuat keputusan soal pajak-pajak konyol ini. Semoga ada jalan keluar.
*pas ini ditulis muncul running text di Metro TV bahwa Menko Perekonomian meminta peninjauan ulang penerapan pajak film.
2 comments:
Ah saya lebih suka nonton pilm luar hasil downloadan ajah.. #eh
beli bajakan aja
Post a Comment