Pages

Sunday, April 25, 2010

Boleh Kan Sedikit Berkhayal?

Akhir-akhir ini banyak temenku menikah. Mereka saling berlomba-lomba mewujudkan pernikahan impiannya. Bahkan ada yang habis sampai ratusan juta. Aku sendiri? Ah, masih sibuk berkutat dengan pekerjaan walaupun pacar sudah ada. Soal itu, nanti sajalah. Belum siap sepertinya untuk berbuat nekad melamar anak orang? Kapan siapnya, semoga 2-3 tahun lagi.

Ngobrolin soal pernikahan impian. Semua orang berhak dong punya impian. Kalau aku nih, nggak muluk-muluk. Cuma ini:

  1. Undangan: desainku sendiri bergaya klasik minimalis putih/krem dengan elemen floral yang dicetak pakai hot stamp silver, nggak ada fotonya, dan limited untuk 500 orang saja.
  2. Prewedding: Berhubung ini cuman impian, pengennya sih pake Noe atau Mas Ali. Teman lama yang fotonya ciamik. Anglenya pasti tau mauku. Konsepnya agak nyeleneh soalnya aku pengen foto di terminal bis dan Bromo (I always love this place)
  3. Pesta: Adat Jawa lengkap dengan siraman, midodareni dll, dengan nuansa putih/krem dengan ornamen bunga. Kalau misalnya di Surabaya, gedungnya pengen di DBL Arena. Pintu depannya diberi lengkungan bunga dan hamparan karpet merah. Koadenya memanjang dari kiri ke kanan dengan hiasan bunga yang full di atasnya. Hiburannya pengen ada set gamelan lengkapnya gitu. Makanannya yang penting enak, dan nggak kurang.
  4. Foto resepsi dibikin konsep candid. Begitu juga foto pas akad nikah. Video akad dan resepsi, juga dikonsep liputan. Bukan dokumentasi biasa. Editannya bayanganku seperti acara-acara di Trans TV dan openingnya seperti openingnya Angels Diary.
  5. Bulan madu: Bunaken
  6. After Wed: Masih punya uang untuk hidup seterusnya berdua dengan istri dan siap-siap bila nanti dipercaya mendapat momongan.
Hal nomor 6 inilah yang kebanyakan lupa dipikirkan banyak orang. Mereka cuman memikirkan bagaimana menggelar pesta, bagaimana pestanya bisa dikagumi banyak orang, dan meninggikan prestise keluarga. Padahal, the important thing is how to live after the wed. Aku sendiri nggak mau setelah pesta pora malah porak poranda. Lebih baik salaman saja sama penghulu, sah! Lalu hidup bareng istri tanpa harus memikirkan kenapa dulu begini, kenapa dulu begitu. Tapi sekali lagi, boleh dong punya keinginan, terwujud alhamdulilah, nggak terwujud ya alhamdulilah.

No comments: